Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Petani tidak dirugikan ?

Instruksi menteri perdagangan dan koperasi radius prawiro tentang penghentian sementara surat persetujuan ekspor kopi (spek) menimbulkan reaksi & keluhan eksportir dan petani di sumatera barat & aceh.(eb)

21 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTRUKSI Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro, 5 Juli lalu yang menghentikan sementara waktu Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) ternyata menimbulkan reaksi yang tidak sebentar. Para eksportir kopi mau pun petani sama-sama mengeluh. Pasaran kopi pun lesu dan sepi. Di Padang harga melorot dengan cepat dari tadinya (5 Juli) Rp 1800 turun menjadi Rp 1400 per kg pekan lalu. Di Lampung kopi asalan anjlok dari Rp 1700 menjadi Rp 1300. Sedang para tengkulak membelinya dari petani hanya Rp 1100 per kg. Di Takengon, Aceh Tengah yang dikenal sebagai produsen utama kopi di Sumatera Utara dan Aceh harganya pun jatuh. Sebelum instruksi 5 Juli keluar, kopi asalan jenis Arabika mantap bertahan Rp 2200 sekilo. Tapi sesudah 5 hari jenis Arabika ini jatuh menjadi Rp 1800 per kg. Diperkirakan harga ini akan terus merosot karena para pedagang banyak yang tidak menampakkan batang hidungnya. Bahkan di Padang tak kurang 1000 buruh sortasi di gudang-gudang kopi sepanjang Pasar Cedang dan Pasar Batipuh terancam akan kehilangan pekerjaannya. Pengurangan tukang sortir kopi harian yang mendapat upah Rp 450 per hari mulai dilakukan sebagian eksportir kopi. "Jika keadaan begini terus berlangsung 1000 buruh itu pun terpaksa dirumahkan, kata Jaswir Luwis, Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Cabang Padang. Semuanya itu terjadi menyusul "instruksi 5 Juli" yang oleh Menteri Radius dimaksudkan untuk mengadakan inventarisasi alokasi (jatah) ekspor kopi dan realisasi ekspornya. Dan langkah ini ditempuh Menperdagkop dengan alasan: "Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri menghadapi hari-hari besar, sedang harga kopi di pasaran luar negeri sekarang ini kurang menguntungkan." Tapi awal minggu ini dalam wawancaranya dengan Kompas, Radius mengakui harga kopi di luar negeri cukup baik," karena akibat "Kenop-15 yang merangsang para eksportir." Harga Merosot Namun kekhawatiran Radius memang beralasan. Selama 5-6 bulan 1979 ini realisasi ekspor kopi Indonesia telah mencapai 120.000 ton. Padahal panen raya\kopi di Indonesia belum mulai, sehingga Deperdagkop merasa perlu mengambil langkah untuk mengerem ekspor kopi itu. Bila kebutuhan dalam negeri diabaikan dikhawatirkan konsumen akan harus membeli kopi lebih mahal. Ekspor kopi Indonesia memang meningkat dalam beberapa tahun belakangan. Dari 128.800 ton pada 1975 menjadi 215.000 ton pada 1978. Para eksportir memang mengakui harga kopi di pasaran dunia sekarang cenderung merosot. Misalnya kopi Robusta kwalitas EK-I turun dari $ 3,75 per kg menjadi $ 3,40 per kg C & F Amerika. Menurunnya harga kopi di pasaran dunia itu karena ulah Brazilia, produsen utama kopi dunia. Untuk meningkatkan devisanya, Brazil kabarnya melemparkan stok kopinya secara besar-besaran, menaikkan hara patokan ekspor kopi dan meningkatkan pajak ekspornya. Produksi kopi Brazil pernah terpukul akibat serangan angin beku (Frost) 2 tahun lalu. Namun tahun lalu keadaan perkopiannya sudah pulih kembali. Dan sampai pertengahan Juli ini tidak ada tanda kebun kopi Brazil bakal kena serangan angin beku. Ini berarti Brazil mengalami panen besar yang membuat harga merosot. Ketika serangan angin beku menghan tam kopi Brazil pada 1977 harga kopi pernah mencapai $ 6 per kg, sedang sebelumnya hanya sekitar $ 3,15 per kg. Maka alasan yang dikemukakan Radius untuk menangguhkan SPEK oleh sejumlah eksportir di Padang diangap kurang meyakinkan. Mereka melihat kecenderungan penurunan harga di luar negeri itu sudah berlangsung lama. Begitu juga soal pemasaran dan kebutuhan dalam negeri, seperti menghadapi bulan puasa, lebaran, 17 Agustus. "Soal inventarisasi bisa dijalankan sambil jalan. Sedang kebutuhan lokal, misalnya Sumatera Barat hanya 20% dari total produksi setempat yang berJumlah sekitar 11.000 ton setahun," tutur Jaswir kepada Muchlis Sulin dari TEMPO. "Para eksportir mengalami berba kesulitan," kata Arifin Afendi dari Natraco. "Perputaran modal jadi macet, sedang bunga bank musti dibayar," katanya. Korban yang paling menderita tampaknya petani kopi di pedalaman. "Mau disimpan ke mana, padahal makan sehari-hari kami dari penjualan kopi," kata seorang petani kopi Muara Labuh yang terpaksa menjual murah kopinya di Pasar Gedang, Padang. Tapi pekan lalu di Jakarta Menteri Radius tidak percaya petani kopi yang paling dirugikan akibat instruksinya itu. Penurunan harga menurut Radius tidak terjadi di tingkat petani, tapi di tingkat pedagang perantara. "Hingga sebenarnya petani tidak dirugikan, karena mereka juga menjual kopinya sedikit-sedikit," ujarnya. Kebingungan ataupun kekecewaan kelihatannya tidak saja dialami para eksportir dan petani kopi di kawasan Sumatera Barat, tapi juga di Aceh. "Kita sudah punya jadwal pengapalan, tahu-tahu SPEK ditangguhkan," ucap Juned Usman dari Perusahaan Dagang Sepakat kepada Darmansyah dari TEMPO Juned punya alokasi ekspor 60 ton kopi untuk diekspor tiap kwartal. Untuk itu ia menggunakan fasilitas pelabuhan Belawan, Medan. "Saya betul-betul kecewa. Barang terkumpul SPEK ditangguhkan," katanya. Seperti halnya di Sumatera Barat yang merasa paling dirugikan adalah para petani sendiri. "Ribuan petani kopi di Aceh Tengah terpaksa menjual kopinya dengan harga murah," kata Bupati Beni Bantacut. Bupati Aceh Tengah ini cemas melihat nasib petani menjadi tak menentu. Namun ia percaya bila pedagang perantara alias para tengkulak dan petani bisa menahan diri kejatuhan harga yang tajam dan berlarut-larut bisa dihindari. "Sulitnya, para pedagang itu tidak mau mengerti. Mereka selalu mencari untung besar, menimbun, dengan memanfaatkan situasi," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus