Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, BANDUNG - Pemerintah Jawa Barat menandatangani kerja sama dengan PT Perikanan Nusantara (Persero) untuk pembelian hasil tangkapan ikan nelayan Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami bermitra dengan Perikanan Nusantara, BUMN kelautan, untuk menjadi off-taker, menampung hasil-hasil nelayan Jawa Barat supaya tidak kebingungan dan mendapat harga yang layak,” kata Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Senin 2 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya pemerintah Jawa Barat sudah menandatangani naskah kesepahaman dengan provinsi Maluku Utara, untuk menjalin kerja sama penangkapan ikan bersama di perairan Indonesia timur.
Ridwan Kamil mengatakan, Perikanan Nusantara bersedia menampung ikan hasil tangkapan kapal nelayan Jawa Barat di perairan Indonesia Timur. “Tangkapan ikannya tidak usah balik ke Jabar untuk dijual karena perjalanannya jauh, dan panjang. Tapi nanti oleh sistem Perikanan Nusantara dibeli di lokasi yang berdekatan dengan Maluku Utara, karena punya tempat di Pulau Bacang, dan bisa langsung ekspor lewat pintu pelabuhan ekspor di Bitung,” kata dia.
Pemerintah Jawa Barat akan melengkapi nelayan Jawa Barat dengan sejumlah fasilitas untuk mengoptimalkan tangkapan ikan nelayan. Teknologi cold storage, kata dia, untuk menahan kesegaran ikan dalam jangka lama.
Ridwan Kamil mengatakan, program yang dinamainya Go East ini, akan secepatnya dimulai. Tahap pertama, 5 kapal nelayan dari Indramayu dengan kapasitas masing-masing 30 GT akan dikirim untuk bersama-sama dengan nelayan di Maluku Utara melakukan penangkapan ikan bersama, sekaligus saling belajar.
Direktur Utama PT Perikanan Nusantara (Persero), M Yana Aditya menjamin akan membeli semua hasil tangkapan ikan nelayan Jawa Barat yang beroperasi di perairan Indonesia timur. “Kita serap semua,” kata dia, Senin, 2 September 2019.
Perikanan Nusantara tinggal menunggu identitas kapal nelayan Jawa Barat yang akan dikirim. “Kami bertindak sebagai off-taker, hasil tangkapan mereka, artinya apa yang mereka tangkap, dijual pada kami. Kebetulan kami di Maluku Utara punya pangkalan di sana, relatif besar,” kata Yana.
Yana mengatakan, 70 persen wilayah operasi PT Perikanan Nusantara berada di Indonesia Timur. “Kami beroperasi di Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua. Itu memang arusnya ikan. Kalau dilihat dari peta, arus dari lautan Pasifik menuju ke arah Samudera Hindia, di situ arusnya ikan,” kata dia.
Yana mengatakan, hasil tangkapan ikan PT Perikanan Nusantara mayoritas dikirim ke Jepang, di antaranya ikan Tuna dan gurita. Setahun ekspor seluruh ikan tangkap bisa menembus 100 ton.
Tahun ini ekspor ikan tangkap diperkirakan menembus 150 ton. “Rata-rata ke Jepang, ekspor per bulan ada yang 10-15 ton, setahun sudah lebih dari itu,” kata dia.
Yana mengatakan, kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menenggelamkan kapal pelaku ilegal fishing, diakuinya mendongkrak produksi ikan tangkap Perikanan Nusantara. “Kebijakan pemerintah sangat mendukung kita, untuk penangkapan ikan di samudera karena itu yang kita harapkan. Peningkatannya hampir 2-3 kali lipat,” kata dia.