Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan, dengan kondisi pandemi saat ini, ia optimistis reksa dana akan menjadi primadona investasi. Dia meyakini, industri reksa dana masih akan terus berkembang karena tren pertumbuhan jumlah investor baru yang semakin meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dan bertambah meleknya masyarakat terhadap produk-produk reksa dana, terutama pada kalangan milenial," kata Jemmy dalam diskusi virtual, Selasa, 14 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski demikian, berbagai tekanan sentimen negatif yang masih melanda pasar baik dari domestik maupun eksternal, dinilai akan menghambat pertumbuhan industri reksa dana. Menurut Jemmy, pasar modal dikenal sebagai salah satu leading economic indicator, sehingga pergerakan pasar modal cenderung akan mengikuti perubahan pandangan dan ekspektasi pada pertumbuhan ekonomi dan bisnis ke depannya.
Di sisi lain, Jemmy menambahkan, pertumbuhan NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana seperti pasar uang dan pendapatan tetap masih tinggi. “Dalam kondisi pasar saat ini investor cenderung beralih ke reksa dana dengan profil risiko investasi yang konservatif,” kata Jemmy.
Ia mengakui, penurunan aktivitas ekonomi global secara signifikan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 memiliki dampak yang besar terhadap pasar modal sejak awal tahun. Pada semester
pertama 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi akibat tertundanya investasi pada sektor riil ditambah permintaan secara domestik turun cukup drastis karena Covid-19. Pasar keuangan terkena dampaknya.
Jemmy melihat bahwa ekonomi secara global akan pulih secara bertahap atau membentuk U-shape dimulai pada kuartal ketiga ini. Hal ini terlihat dari mulai meningkatnya aktivitas manufaktur beberapa negara Asia serta mulai pulihnya harga minyak meskipun masih disokong oleh permintaan yang terbatas.
Adapun fundamental ekonomi Indonesia diyakini masih cukup baik dan dari sisi pasar saham Indonesia menawarkan potensi imbal hasil cukup menarik bagi investor asing. "Di mana PE (Price to Earning) ratio rata-rata saat ini cukup murah di level 12,4 per 10 Juli 2020, ditambah komitmen Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan moneter dan mata uang rupiah,” ujar Jemmy.