Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

RI Mengalami Deflasi Lima Bulan Beruntun, Ekonom Core: Mendekati Krisis Era Pandemi

BPS mencatat Indonesia telah mengalami deflasi lima bulan berturut-turut yang menunjukkan terjadinya pelemahan daya beli konsumen

1 Oktober 2024 | 13.58 WIB

Pedagang tengah melayani pembeli di Pasar PSPT, Jakarta, Rabu, 1 November 2023. BPS melaporkan sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar terhadap inflasi Oktober 2023 yang mencapai 2,56% secara tahunan atau (year-on-year/yoy). Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pedagang tengah melayani pembeli di Pasar PSPT, Jakarta, Rabu, 1 November 2023. BPS melaporkan sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar terhadap inflasi Oktober 2023 yang mencapai 2,56% secara tahunan atau (year-on-year/yoy). Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS melaporkan perekonomian Indonesia mengalami deflasi 0,12 persen secara bulanan pada September 2024. Dalam pemaparan Berita Resmi Statistik hari ini, disebutkan deflasi telah terjadi lima bulan beruntun sejak Mei.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal, mengatakan kondisi ini menghawatirkan. “Deflasi 5 bulan berturut-turut ini menyerupai kondisi krisis,” ujarnya saat dihubungi, Selasa, 1 Oktober 2024

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada kondisi normal, Indonesia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 5 persen seharusnya memang dapat menjinakkan inflasi. Inflasi rendah mestinya disebabkan kemampuan negara dalam mengendalikan harga-harga, bukan pelemahan permintaan atau demand. Namun kini yang terjadi bukan hanya inflasi yang turun tapi malah deflasi bulanan beruntun.

BPS melaporkan secara tahunan ekonomi Indonesia pada September telah mengalami inflasi 1,84 year on year (yoy). Menurut Faisal inflasi rendah pernah terjadi pada masa krisis pandemi 2020 hingga 2021 yang saat itu mengalami inflasi di kisaran 1,5-1,8 persen sepanjang tahunnya. Dengan demikian ia memperkirakan hingga akhir 2024, inflasi bisa berada di bawah kisaran 2 persen pula secara tahuhan.

Deflasi beruntun ini, menurut dia merupakan dampak dari lemahnya tingkat permintaan dan daya beli. Salah satu pemicu terbesarnya adalah menurunnya pertumbuhan pendapatan masyarakat, khususnya kelas menenga dan bawah.

Sementara kelompok ini merupakan penggerak pertumbuhan. Ia mengatakan masalah ini perlu segera disikapi, tidak hanya dengan pelonggaran moneter, tapi juga insentif fiskal ke sektor riil.

Berdasarkan berita resmi statistik yang dirilis BPS, 1 Oktober 2024, komoditas penyumbang andil deflasi pada September 2024, antara lain, cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang, wortel, dan bensin. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus