Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Rupiah Loyo, Ginandjar Kartasasmita Tagih Janji Jokowi-JK  

Ginandjar Kartasasmita mengkritik program revolusi mental Jokowi-JK.

21 Agustus 2015 | 19.51 WIB

Ilustrasi Jokowi-JK. (Ilustrasi: Majalah Tempo)
Perbesar
Ilustrasi Jokowi-JK. (Ilustrasi: Majalah Tempo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Sesepuh Sunda juga Ketua Dewan Pangaping Paguyuban Pasundan, Ginandjar Kartasasmita, menagih janji kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika menghadiri acara kongres Paguyuban Pasundan ke-42 di Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung, Jumat, 21 Agustus 2015.

Menurut Ginandjar, program revolusi mental yang diusung oleh pemerintah Jokowi-JK, hingga kini belum terasa. Justru sebaliknya, kondisi Indonesia saat ini tengah diambang batas kelesuan. Penyebabnya lantaran tiada lain karena kisruh yang terjadi pada pemerintahan Indonesia kini.

"Kepada pemerintah, kami tagih janji kampanye Nawacita yang dalam satu tahun memang belum nampak terasa. Dan juga program revolusi mental ditunggu penjabaran dalam keteladanan pejabat. Diharapkan dapat bergerak cepat karena namanya juga revolusi, kalau lambat itu namanya evolusi," ujar Ginandjar saat memberikan sambutan dalam acara itu.

Ginanjar menilai masyarakat Indonesia diambang kecemasan setelah beberapa bahan pokok naik, nilai tukar rupiah melemah, serta krisis ketahanan pangan yang kini sedang menghantui. Terlebih di Jawa Barat, sejak satu bulan terakhir tercatat ada 12 ribu pekerja yang terkena PHK.

"Saat ini masyarakat dihinggapi kecemasan terutama masalah ekonomi. Seperti di Jabar saja terjadi PHK 12 ribu pekerja dalam waktu sebulan. Selain itu nilai tukar rupiah menurun, investasi kurang. Itu indikasi yang menunjukkan ekonomi kita kritis," imbuhnya.

Ia pun mengkhawatirkan kondisi saat ini akan terjadi seperti yang terjadi pada 1997 yang membuat pemerintah menjadi jatuh. Namun, ia mengharapkan pemerintah secepatnya mencari solusi dan dapat mengendalikan semua permasalahan yang tengah menghantui masyarakat terutama masalah ekonomi.

"Gejala yang ada sekarang terlihat seperti 1997 lalu, meskipun tidak sama. Tapi kali ini pemerintahan lebih stabil dan demokratis. Yang pasti pemerintah harus kompak saling menunjang, mendukung sehingga menimbulkan ketenangan pasar dan kepercayaan dari masyarakat," katanya.

Sementara itu, Jusuf Kalla mengatakan kondisi perekonomian Indonesia yang kini sedang terpuruk justru harus menjadi motivasi tersendiri agar masyarakat bisa segera bangkit dari keterpurukan. "Kita mengalami masalah khususnya ekonomi, tapi itu merupakan tantangan bagi kita," katanya.

AMINUDIN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus