Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Rabu, 16 September 2020, ditutup melemah 0,83 persen atau 42,38 poin menjadi 5.058,48. Sepanjang hari, IHSG bergerak di rentang 5.051,75 - 5.117,28.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga akhir perdagangan, terpantau 140 saham menguat, 294 saham koreksi, dan 145 saham stagnan. Nilai transaksi sejumlah Rp 6,52 triliun, dengan net sell investor asing Rp 852,52 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas investor asing dengan net sell Rp 506,8 miliar. Saham BCA terkoreksi 1,88 persen atau 550 poin ke level Rp 28.750 per lembarnya.
Pada akhir sesi Selasa kemarin, IHSG terkoreksi 1,18 persen atau 60,96 poin ke level 5.100.86. Saat itu investor asing paling banyak melepas saham BBCA dengan net sell Rp 564,9 miliar. Saham BBCA lalu anjlok 3,14 persen atau 950 poin ke level Rp 29.300 per lembar.
Sementara itu, bursa Asia kembali menutup perdagangan dengan hasil variatif seiring dengan sikap investor yang menanti kebijakan yang akan diterapkan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan bulanannya.
Pada hari ini Indeks Kospi Korea Selatan berbalik terkoreksi 0,31 persen dan berada di level 2.435,92. Penurunan juga terjadi pada indeks Shanghai Composite yang turun 0,36 persen ke level 3.283,92.
Sementara itu, indeks Topix Jepang berhasil membalikkan keadaan dan ditutup di zona hijau setelah naik 0,21 persen dan parkir pada kisaran 1.644,35. Tren ini juga diikuti oleh pasar Australia dimana indek S&P/ASX 200 naik 1,04 persen ke posisi 5.956,1. Investor masih terus mencari sentimen positif yang dapat kembali menggairahkan pasar setelah reli penguatan yang terhenti pada bulan ini.
Kalangan pasar memperkirakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed bakal mempertahankan strategi kebijakan moneter yang dovish dalam pertemuannya pada hari Rabu setelah sebelumnya menyatakan akan mengambil langkah yang lebih longgar terkait inflasi. Sementara itu, stimulus oleh bank sentral masih menjadi penopang sentimen jelang dilakukannya pemilihan umum Presiden Amerika Serikat dan kemungkinan tidak adanya perjanjian antara Inggris dan Uni Eropa.
"Dengan adanya volatilitas pasar dalam beberapa minggu sebelumnya, kemungkinan terjadinya reli positif pada pasar akan sangat sulit mengingat pemilihan umum di AS yang semakin dekat," Ujar Chris Iggo, Chief Investment Officer of Core Investments AXA Investment Managers.
Adapun, Organisasi Perdagangan Internasional atau WTO menyatakan Amerika Serikat melanggar peraturan perdagangan antarnegara setelah menetapkan tarif senilai US$ 234 miliar pada barang-barang impor dari Cina.
BISNIS