Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (Persero) sejak awal 2016 lalu telah menggalakkan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Menurut Direktur Utama PT PNM Parman Nataatmadja, pemberian kredit modal yang diberikan itu berbeda dengan kredit modal usaha KUR, yang kini juga tengah gencar diberikan oleh Bank-Bank BUMN seperti BRI dan Mandiri.
Menurut Parman, Mekaar hanya ditujukan kepada Ibu rumah tangga produktif, namun tergolong prasejahtera. “Sasaran program Mekaar itu wanita produktif yang hidup di bawah garis kemiskinan, misalnya istri-istri nelayan, itu kami berikan bantuan dengan plafon Rp 2 juta hingga 5 juta ke setiap nasabah,” ujar Parman saat ditemui di lapangan parkir gedung Arthaloka, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Ahad, 5 Juni 2016.
Untuk kredit KUR, ucap Parman, nasabah yang berutang adalah mereka yang mempunyai usaha dan bermaksud untuk mengembangkan usahanya. Mereka juga memberikan agunan sebagai jaminan, seperti Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor atau BPKB ataupun Surat Hak Milik Tanah dan Bangunan. "Jaminan itu baru dapat diambil setelah pinjaman dan bunga berhasil dilunasi," katanya.
Berbeda dengan KUR, program PNM benar-benar ditujukan untuk masyarakat yang kurang mampu. Dalam hal ini, PNM mensurvei setiap keluarga yang akan diberikan bantuan modal, untuk dididik dan diberikan modal agar mereka dapat tumbuh menciptakan usaha secara mandiri. Dalam pemberian bantuan itu, nasabah akan dibentuk kelompok dengan anggota sebanyak 30 orang.
Dengan asumsi, apabila survei menyetujui mereka untuk mendapat bantuan, akan mendapat sekitar Rp 60 juta untuk dikelola. Dan apabila gagal, maka mereka harus menanggung bersama. “Tidak ada jaminan, dan pembayaran secara mingguan dengan menggunakan sistem tanggung renteng,” kata Parman. “Makanya klien kami pilih-pilih. Untuk Mekaar, nasabah wanita dibekali teknik indoktrinasi usaha. Sasaran kami yang pendapatannya di bawah US$ 2 dolar per hari."
Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi Industri, Investasi dan Persaingan Usaha Eka Sastra, kehadiran kredit PNM sangat membantu bagi kalangan masyarakat bawah yang ingin berkembang namun tidak memiliki modal usaha. “Kami sangat butuh PNM ini akan kami back up sampai kapanpun terutama dalam kemandirian ekonomi, dan mengatasi ketimpangan sosial,” kata Eka Sastra saat ditemui di lokasi yang sama.
Selama ini, Eka melihat di Indonesia pertumbuhan ekonomi meski berkembang cukup pesat namun ketimpangan sosial terjadi. Program PNM, kata dia, akan mendorong sistem perekonomian lebih terintegrasi, tidak hanya kuat di kalangan menengah atas, namun kalangan bawah. “Ini kan yang benar-benar nggak punya modal, makanya PNM masuk dari sisi indoktrinasi. Jadi menurut saya saling melengkapi, harusnya integrated,” ujarnya.
Hingga saat ini layanan PNM telah menjangkau 29 provinsi, di 2.936 kecamatan di Indonesia. Hingga Maret 2016, PNM telah memiliki 73 kantor cabang termasuk 676 outlet Kantor Unit Layanan Modal Mikro yang lebih dikenal sebagai UlaMM PNM.
Sejak program Mekaar digalakkan pada awal 2016, hingga akhir Mei 2016, PNM telah mendapat nasabah sebanyak 80 ribu orang untuk dibina melalui indoktrinasi usaha dan pelatihan. Tahun depan, mereka menargetkan dapat menjangkau 400 ribu nasabah wanita tidak mampu dari seluruh wilayah Indonesia untuk dapat dididik agar dapat mencapai taraf hidup lebih baik.
Kini PNM telah memiliki 230 kantor cabang Mekaar. Sejak awal berdiri pada 1 Juni 1999 silam hingga pada penutupan Maret 2016, PNM secara akumulatif telah menyalurkan pembiayaan kepada pelaku usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia sebesar Rp 13,93 triliun dengan total penerima manfaat sebanyak 3.102.323 orang.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini