Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pangeran Arab Saudi, Muhammad bin Salman, mengatakan akan mereformasi negara tersebut agar tidak bergantung pada hasil minyak bumi. Pada tahun lalu, negara ini mendapatkan 70 persen pendapatannya dari minyak. Padahal harga minyak tahun lalu mengalami penurunan.
Muhammad mengatakan kepada kantor berita Arabiya, pada 2030 negaranya dapat lepas dari ketergantungan terhadap minyak. Selain itu, untuk melakukan reformasi, terdapat beberapa poin penting lain yang akan dilakukan pemerintah Arab Saudi.
Arab Saudi berencana menjual kurang dari 5 persen sahamnya melalui penawaran perdana saham (initial public offering-IPO). Selain itu, dana investasi akan diubah menjadi sumber kekayaan negara yang mandiri untuk mengelola keuangan Negara Arab Saudi.
Nantinya, Saudi juga tidak akan mengalokasikan subsidi langsung bagi rakyatnya. Saudi akan menerima pembayaran sebagai bentuk pendapatan. Bila semua kebijakan ini dijalankan, pendapatan diperkirakan mencapai US$ 2 triliun.
Selain itu, sistem visa baru akan mengizinkan ekspatriat muslim dan Arab untuk bekerja dalam jangka waktu panjang di negara ini. Langkah lain yang akan dilakukan adalah mengembangkan perekonomian agar berkembang di berbagai sektor, termasuk investasi di bidang pertambangan mineral, dan memperluas produksi kemiliteran. Untuk itu, Saudi juga berencana meningkatkan partisipasi perempuan.
Meskipun hanya menjual satu persen saham Aramco, Muhammad yakin ini akan menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah. Namun IMF memperingatkan bahwa rencana ini merupakan rencana ambisius, sehingga menjadi tantangan besar bagi negara Timur Tengah tersebut.
Harga minyak masih belum mencapai titik tengah harga tertinggi pada Juni 2014 yang saat itu mencapai US$ 115 per barel. "Visi ini tidak ada hubungannya dengan harga minyak. Jika harga merangkak naik, tentunya itu dapat mendukung visi, tapi itu tidak membutuhkan harga yang tinggi," kata Muhammad, seperti yang dilansir BBC, Selasa, 26 April 2016.
Dalam wawancara dengan BBC, Muhammad mengatakan pajak pada barang mewah dan minuman berperisa juga dapat diperkenalkan. Namun hal ini dinilai sebagai program krusial yang dapat memperparah kondisi masyarakat yang masih miskin saat ini.
Penurunan harga minyak membuat banyak negara yang pendapatannya bergantung pada komoditas ini kelimpungan, termasuk Arab Saudi. Negara tersebut tercatat menggantungkan 72 persen pendapatannya dari minyak mentah. Pada 2015, negara ini mengalami defisit US$ 98 miliar.
BBC | REUTERS | MAWARDAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini