Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Semangat Faria Dewi Djakaria Jadi Kartini Masa Kini di TNI AU  

Status perempuan tak mengahalangi Fariana Dewi Djakaria menggapai mimpi menjadi pilot helikopter pertama di TNI Angkatan Udara Indonesia.

21 April 2017 | 14.35 WIB

Fariana Dewi Djakaria saat masih berpangkat Lettu Pnb berfoto dengan latar belakang Helikopter EC120 Colibri, miliik Skadron Udara 7 Wing 8 Lanud SDM Kalijati. Twitter-TNI AU
Perbesar
Fariana Dewi Djakaria saat masih berpangkat Lettu Pnb berfoto dengan latar belakang Helikopter EC120 Colibri, miliik Skadron Udara 7 Wing 8 Lanud SDM Kalijati. Twitter-TNI AU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setara dengan laki-laki menjadi impian terbesar perempuan. Lewat perayaan di setiap tahun, para perempuan selalu menyuarakan kesetaraan ini, terutama dalam hal pekerjaan. Fariana Dewi Djakaria rupanya telah membuktikan kesetaraan itu. Status perempuan tak mengahalanginya untuk menggapai mimpi menjadi pilot helikopter pertama di TNI Angkatan Udara Indonesia.

Setelah menjadi pilot, Fariana kini menjadi instruktur di sebuah sekolah penerbangan. “Sekarang, saya sudah tidak menjadi pilot. Saya menjalankan pendidikan untuk jenjang karier. Mau naik pangkat TNI AU harus ada sekolah dulu,” katanya.

Menurut Fariana, khusus di TNI AU, antara pilot perempuan dan laki-laki masih satu berbanding seribu. Karena itu, menurutnya, perempuan yang hebat justru harus profesional di bidangnya. Tidak hanya menyuarakan emansipasi, perempuan juga harus memiliki kualitas.

Bagi Fariana, saat ini, di lapangan pekerjaan, perempuan telah mendapatkan kebebasan. Perempuan pun harus membuktikan kualitasnya yang tak kalah dari laki-laki. Terlebih pada pekerjaan yang memang didominasi laki-laki, seperti pilot.

Fariana tak setuju dengan anggapan bahwa perempuan kurang kompeten dibanding laki-laki. Menurutnya, baik laki-laki maupun perempuan, sudah memiliki kesempatan yang sama. Hanya, di TNI memang masih didominasi laki-laki,

“Tapi kesempatannya sama, tesnya juga sama. Jadi, kalau tidak memenuhi syarat, ya, tidak bisa, karena itu akan membahayakan diri sendiri,” ucapnya.

Memilih pekerjaan menantang memang bukan hal mudah bagi kapten berusia 35 tahun ini. Hal itu mengingat dirinya tak pernah jauh dari keluarga, tapi tiba-tiba ingin berprofesi sebagai prajurit TNI.

Namun dukungan keluarga dan keyakinan kuat dalam diri membuatnya bisa membuktikan hal tersebut. “Ibu berpesan jangan berhenti di tengah jalan,” tuturnya.

Saat diberi kesempatan menjadi pilot, menurut Fariana, hal itu seperti mukjizat sekaligus rezeki karena proses seleksinya ketat dan sulit. “Kesulitan di angkatan udara adalah latihan yang kita lakukan lebih banyak,” katanya.

BISNIS.COM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus