Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sri Mulyani Sebut Volatile Food Sumber Inflasi yang Harus Diwaspadai

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan volatile food adalah sumber inflasi yang harus diwaspadai.

15 Maret 2023 | 09.16 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajarannya menyampaikan kinerja Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta pada Selasa, 14 Maret 2023. Tempo/Amelia Rahima Sari.
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajarannya menyampaikan kinerja Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta pada Selasa, 14 Maret 2023. Tempo/Amelia Rahima Sari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan volatile food adalah sumber inflasi yang harus diwaspadai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dilansir dari laman Bank Indonesia, volatile food adalah inflasi yang dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok barang, seperti bahan makanan. Hal-hal yang bisa membuat harga bergejolak tiba-tiba, yaitu musim panen, gangguan alam, dan faktor perkembangan harga pangan domestik dan internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sumber inflasi kita yang harus diwaspadai adalah volatile food, dalam hal ini beras dan kebutuhan-kebutuhan menjelang lebaran yang menunjukkan kenaikan," kata Sri Mulyani dalam acara APBN Kita di Jakarta pada Selasa, 14 Maret 2023.

Dia menyebut kabinet juga membahas tentang ayam dan telur. Lalu, bagaimana menstabilkan beras agar tidak naik tinggi sehingga ayam dan telur tidak jatuh.

"Ini salah satu yang kita nanti berikan anggaran tambahan untuk Bapanas (Badan Pangan Nasional) melakukan stabilisasi dengan Bulog (Badan Urusan Logistik) dalam rangka untuk menjaga, baik beras, ayam dan telur," ujar Sri Mulyani.

Dengan begini, dia berharap stabilitas harga bisa tercipta sehingga kesejahteraan petani dan peternak terjaga, namun konsumen tidak mengalami inflasi tinggi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata mengatakan, pemerintah akan membagikan beras pada keluarga penerima manfaat yang ada di dalam DTKS atau Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.

"Itu diperkirakan diberikan kepada 21,3 juta keluarga, untuk saat ini perkiraan kami ini akan ditagihkan kepada APBN Rp 7,8 triliun," ujar Isa dalam kesempatan yang sama.

Dia menjelaskan, nanti beras akan dibagikan ke Bulog. Setelah itu, Bulog akan menagih ke APBN sekitar Rp 7,8 triliun.

"Untuk ayam dan telur, ini nanti akan dibagi kepada keluarga dengan balita atau anak yang berpotensi stunting," ungkap Isa.

Adapun data diambil dari BKKBN atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Diperkirakan ada 2,1 juta keluarga penerima bansos ayam dan telur.

"Perkiraan sementara akan ditagihkan nanti biaya untuk ayam, telur, termasuk distribusi sebesar Rp 460 miliar untuk 3 bulan pendistribusian, Maret, April, Mei," tuturnya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus