Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kini tengah menjadi sorotan masyarakat di media sosial Indonesia. Pasalnya, politikus dan tokoh kepolisian Indonesia tersebut menyarankan agar masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan pokok selain nasi seperti ubi dan sorgum. Menurut Tito, hal itu untuk menyiasati kenaikan harga beras di pasaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, harga beras masih terus mengalami kenaikan. Bahkan, untuk harga beras kualitas bawah I menjadi Rp 13.350 per kilogram. Sedangkan, beras kualitas super II menjadi Rp 15.200 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saran saya untuk kita semua, warga negara Indonesia, kuncinya selain stok (beras) adalah diversifikasi pangan,” ujar Tito saat ditemui pada Selasa, 3 Oktober 2023 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.
Diversifikasi pangan adalah upaya untuk mendorong masyarakat agar memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi, sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja. "Jadi ada papeda, sagu, jagung, talas, yam, itu semua enak-enak itu. Ada ubi jalar, sorgum, sukun, banyak sekali yang bisa menjadi bahan pokok dan itu sehat," kata mantan Kapolri ini.
Tito menambahkan, sebagian jenis beras mengandung gula. Hal tersebut menurut dia tidak bagus untuk kesehatan. "Bisa menjadi sumber penyakit diabetes melitus," ujar Tito.
Lebih lanjut, dia meminta kampanye beralih ke makanan pokok selain beras menjadi penting. “Agar masyarakat tidak bergantung kepada beras,” tutur dia.
Saran terkait makanan pengganti nasi ini sebenarnya sudah dikampanyekan sejak 2020 lalu. Bahkan untuk mendukung kampanye ini, pemerintah memiliki slogan nasional, ‘Kenyang Tidak Harus Nasi’.
Selain Tito Karnavian, sejumlah pejabat ternyata sempat memberikan sarannya tentang makanan pokok selain nasi. Salah satu pejabat yang pernah menyarankan masyarakat makan selain nasi adalah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Selanjutnya: Beras Mahal, Mentan Syahrul Yasin Limpo Minta Masyarakat Makan Sagu...
Mentan Syahrul Yasin Limpo juga Sarankan Makan Sagu
Pada Juli 2022 lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga pernah menyarankan masyarakat untuk mencari alternatif pangan selain nasi. Hal itu disampaikan dalam rangka menghadapi ancaman krisis pangan. "Sekrisis apapun Kementan itu sudah ada program. Kalau beras, jagung, kalau memang harganya tidak bersahabat, potong semua pohon sagu yang ada," ucapnya dalam acara Kegiatan Pembekalan Penyuluhan Pertanian Nasional di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Kamis, 6 Oktober 2022.
Ia mengatakan Indonesia masih memiliki 5 juta hektare lahan pertanian sagu. Jika pohon sagu dipotong dari total 1 juta hektare, kata Syahrul, stoknya sudah bisa bertahan untuk satu hingga dua tahun ke depan. "Makan sagu aja. Kita kompak-kompak saja," ujarnya.
Dua tahun sebelumnya, Yasin Limpo juga mengupayakan diversifikasi pangan sebagai salah satu program peningkatan ketersediaan pangan. Yasin Limpo kala itu mengatakan bahwa program ini sebagai Cara Bertindak (CB) 2.
Program Cara Bertindak 2 ini mencakup beberapa hal. Mulai dari diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus pada komoditas pangan lokal tertentu, pemanfaatan pangan lokal secara massif, hingga pemanfaatan lahan pekarangan.
“Kami kampanyekan gerakan diversifikasi pangan lokal. Kita nyatakan diversifikasi pangan lokal adalah kekayaan dan budaya bangsa. Bukan hanya beras yang kita miliki, tapi yang kita miliki berbagai pangan lainnya. Ada ubi-ubian, jagung, sorgum, sagu, kentang, labu, dan lainnya,” ujar Mentan Syahrul dalam kampanye Gerakan Diversifikasi Pangan di Jakarta, Minggu 28 Juli 2020 lalu.
Bupati Bangka Tengah Sebut Ubi Bisa Gantikan Beras
Pada September 2021, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal di Halaman Kantor Bupati Bangka Tengah. Melansir laman distan.babelprov.go.id, kegiatan tersebut digelar sebagai upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat pengganti beras.
Dalam kesempatan itu, Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahmat, mengajak masyarakat untuk mulai melirik pangan lokal, seperti ketela, bijur, talas, dan lainnya, untuk dikonsumsi sebagai makanan pengganti nasi. Algarfy juga mengatakan bahwa berak aruk yang terbuat dari ubi bisa menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan beras.
Sekda NTB Sebut Banyak Sumber Pangan Lokal Selain Nasi
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Gita Ariadi pernah mengimbau pemerintah daerah agar mengembangkan sumber pangan lokal dan mengajak masyarakat mengubah pola pikir tentang makanan pokok. Menurutnya, nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat karena masih banyak sumber pangan lokal yang nilai gizinya setara dengan beras, seperti umbi-umbian, sukun, jagung, dan sagu.
“Kita dapat melihat sekarang, pangan lokal olahan masyarakat mulai bervariasi. Ada steak dari singkong, ada brownies dari ubi, semuanya serba kekinian,” ucap Sekda Lalu Gita melansir dari laman diskominfotik.ntbprov.go.id.
Mantan Kabag Humas NTB tersebut juga optimis ke depan tidak ada lagi istilah rawan pangan karena pangan lokal telah tersedia di seluruh daerah Indonesia, termasuk NTB.
“Kenyang tidak harus nasi, itu slogan nasional dalam terus mengkampanyekan pangan lokal penghasil karbohidrat sebagai pengganti nasi,” ucap Gita, September 2020 lalu.
RADEN PUTRI | RIANI SANUSI PUTRI | AMELIA RAHIMA SARI
Pilihan Editor: Mentan Syahrul Yasin Limpo Tiba di Kementan untuk Berpamitan, Para Pegawai Sambut hingga Cium Tangan