Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada usianya yang ke-29, beban TVRI makin berat. Belakangan dikabarkan ada program TVRI diserobot TPI. KALAU Anda menonton acara Berpacu Dalam Melodi Kamis malam lalu, terlihat betapa mesranya TVRI dengan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Kendati bersaing, TVRI merelakan acara itu sebagai perayaan ulang tahun ke-2 RCTI yang, tentu di samping juga ulang tahun ke-29 TVRI, jatuh pada tanggal 24 Agustus kemarin. Padahal, sehari-hari, kedua badan siaran ini bersaing ketat. Jika TVRI menyiarkan Aneka Ria, misalnya, pada jam yang sama RCTI menyiarkan acara andalannya, Melodi Memori. Begitu pula, dalam hal penyiaran film cerita. RCTI dan TVRI menyiarkan film horor di malam Jumat. Sayang, di tengah persaingan, TVRI tak bisa habis-habisan bersaing dengan RCTI. Badan siaran milik pemerintah yang berdana pas-pasan ini masih harus mengemong Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Sejak berdiri enam bulan lalu, TPI praktis menumpang pada TVRI. Memang, dari jumlah jam siaran TPI, kelihatannya TVRI hanya punya sumbangan kecil untuk TPI. Dari enam jam siaran TPI mulai pukul 06.00 hingga 12.00, misalnya, TVRI hanya memasok 15% atau sekitar satu jam. Itu pun tidak penuh. Acara Selamat Pagi Indonesia, misalnya, yang memakan waktu 25 menit, tidak seluruhnya dipasok TVRI. Begitu juga beberapa acara lain, kecuali warta berita, yang seluruhnya diambil dari TVRI. Untuk acara-acara inti (pendidikan), TPI bekerja sama dengan Pusat Teknologi dan Telekomunikasi Departemen P & K (Pustekkom). Selebihnya, TPI membeli dari luar negeri atau mengorderkan kepada production house di dalam negeri. Bagaimanapun mulai dari fasilitas sampai kepada tenaga operasional TVRI menanggung beban TPI. Betul, dari situ TVRI menerima 12,5% penghasilan iklan TPI, yang pada tahun ketiga jumlahnya akan ditingkatkan lagi menjadi 20%. Namun jangan lupa, TPI juga menggunakan 159 saluran transmisi dari 257 saluran yang dimiliki TVRI. Artinya, biaya TVRI untuk perawatan juga meningkat. Beratnya menanggung beban perawatan transmisi diakui Direktur Televisi, Ishadi. Menurut Ishadi, jumlah dana yang diterima dari iuran plus bagian keuntungan yang diperoleh dari TPI paspasan saja itu jika dibandingkan dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan. Agar tidak tekor, kata Ishadi, paling tidak tahun ini TVRI memerlukan anggaran Rp 120 milyar. Yang Rp 90 milyar diharapkan dipenuhi dari iuran yang ditarik oleh Mekatama Raya. Selebihnya dari APBN Rp 16 milyar dan penerimaan lain-lain, termasuk pemasukan dari iklan TV swasta tadi. "Namun, perlu diketahui di luar itu kami masih membutuhkan dana untuk membangun 10 transmisi baru yang direncanakan selesai tahun ini," katanya. Toh masih ada gunjingan bahwa banyak acara TVRI yang ditayangkan TPI dengan cara di bawah tangan. Tegasnya, TPI banyak menyerobot program yang dibuat TVRI. Salah satu contohnya, liputan tentang pembuatan kecap dari kacang kude yang diproduksi TVRI Surabaya. Acara yang dipersiapkan TVRI Surabaya untuk disertakan dalam lomba Gatra Kencana tiba-tiba muncul di layar TPI. "Ya, terpaksa kami buat paket baru," ujar Kepala Stasiun TVRI Surabaya, Sudiyanto. Di mana kebocoran itu? Menurut sebuah sumber, cadangan paket yang tinggal disempurnakan dijual oknum TVRI Surabaya ke sebuah production house. Dari situlah TPI membeli paket tersebut. General manager TPI, Sadullah Sulchan, membantah keras tudingan itu. Kepada mingguan tabloid Citra, Sadullah mengatakan bahwa paket yang dibelinya dari sebuah production house itu memang mirip dengan yang dibuat TVRI Surabaya. Keduanya sama-sama memakai kacang kude sebagai liputannya. Keluhan lain muncul di TVRI Stasiun Yogyakarta. Menurut Kepala Stasiun TVRI Yogyakarta, Suryanto, dalam menayangkan acara produksi TVRI Stasiun Yogyakarta, TPI sering tidak mencantumkan logo si pembuat. Padahal, katanya, yang dijual ke TPI hanyalah hak penyiaran, maksudnya bukan hak cipta. Keluhan juga muncul dari TVRI Stasiun Medan. Lagu Batak yang berjudul Tumba atau Tilo-Tilo, tanpa diketahui si empunya, TVRI Stasiun Medan, tiba-tiba muncul dalam siaran TPI. Padahal, lagu daerah ini semula dibuat untuk mengisi paket acara lagu pop daerah di TVRI Pusat. "Kami heran, padahal kami tak pernah mengirimkannya ke TPI," ujar Wakil Kepala Seksi Siaran TVRI Medan, Yosepth Taratang. Kendati begitu, Suryanto dari TVRI Yogyakarta tak membantah stasiunnya kebagian rezeki juga dari TPI. Untuk sebuah paket acara, sekali masa putar, TVRI daerah menjual pada TPI Rp 1-2 juta. Selain itu, TPI juga masih harus menyediakan satu kaset kosong untuk reproduksi. Uang itu berguna bagi TVRI daerah untuk menombok anggaran dari TVRI Pusat yang jumlahnya juga sangat pas-pasan. TVRI Yogyakarta, misalnya, sampai saat ini sudah mengantongi Rp 11 juta dari TPI. Kasubdit TVRI Pusat, Chris Pattikawa, mengaku belum menerima laporan tentang acara-acara TVRI daerah yang diserobot TPI. Prosedurnya, katanya, jika memerlukan liputan dari daerah, TPI harus mengajukan permohonan ke TVRI Pusat. Lalu, dari situ akan diteruskan ke daerah. Begitu juga dalam hal penagihan ongkos produksi. TVRI daerah mengajukan bujetnya, yang oleh TVRI Pusat diteruskan ke TPI. Memang, yang menjadi masalah pokok TVRI di usia ke-29 tahun ini adalah masalah dana. Persoalannya klise, TVRI tak diizinkan menerima iklan. Untuk menambah penghasilan, mulai Agustus tahun ini TVRI akan mengasetkan acara-acara sinetron dan menjualnya ke masyarakat. Dari usaha seperti ini nanti TVRI diharapkan mendapatkan dana untuk meningkatkan pelayanannya. Kita tunggu. Bambang Aji, R. Fajri, dan Mukhlizardy Mokhtar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo