Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah DI Yogyakarta mencatat pertumbuhan sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) di daerahnya cukup tinggi. Sampai dengan akhir tahun 2018 tercatat 258 ribu unit UMKM dan 90 persennya merupakan pelaku usaha dengan skala mikro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Namun sebagian besar UMKM itu belum melakukan pemasaran secara E-commerce,” ujar Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah DIY, Srie Nurkyatsiwi, dalam acara UMKM Jogja Go Digital yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY di Yogyakarta, Senin 1 April 2019.
Siwi menuturkan dari hasil kajiannya, peta pemanfatan digital marketing UMKM di DIY terbagi dalam lima kelompok. Pertama UMKM yang memanfaatkan media chatting (Whatshapp, Line, Telegram, BBM). Kedua, media sosial (Instagram, Facebook. Fanspage, G+, Youtube, Twitter). Ketiga, bisnis listing (Google My business). Keempat, marketplace (Bukalapak, OLX, Tokopedia, UKM Market, Blibli, Qlapa, Lazada, Matahari Mall, Salora, JD.Id, Sopee) dan kelima menggunakan website.
Dorongan diarahkan agar pelaku UMKM memanfaatkan E-commerce atau perdagangan elektronik sebagai sarana pemasaran produknya. “Karena dengan E-commerce, sama saja dengan membuka cabang di banyak tempat sekaligus, sehingga lebih efisien dan praktis. E-commerce sudah menjadi kebutuhan pelaku UMKM, tinggal bagaimana kita meningkatkan kapasitas SDM para pelaku UMKM khususnya di e-commerce,” ujar Siwi.
Menurutnya, meski penetrasi pemasaran melalui perdagangan elektronik sangat penting, namun pelaku UMKM diharapkan juga memperhatikan sisi hulu khususnya dalam hal proses produksi. Sebab, E-commerce akan percuma saja jika pelaku UMKM tidak menjaga kualitas produknya.
Siwi mengungkapkan, pemerintah daerah terus melakukan pembinaan dari hulu ke hilir. Di bagian hulu, pembinaan dilakukan mulai dari kualitas, kontinuitas dan kapasitas produksi, mutu desain produk , inovasi teknologi sampai dengan pengemasan (packaging).
Di bagian tengah (midle), kata Siwi, diarahkan pada upaya untuk membimbing UMKM bisa mengakses pembiayaan produktif dari lembaga keuangan maupun koperasi termasuk di era sekarang denga e-financing dan e-payment.
Pembinaan UMKM di bagian tengah juga mencakup pemberdayaan UMKM dari sisi sertifikasi dan standarisasi produk, hak cipta dan hak merek. Adapun di bagian hilir fasilitasi diberikan kepada UMKM dalam hal promosi produk melalui pameran.