Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wanita, Uang, Dan Pistolnya Wanita, Uang, Dan Pistolnya

Wanita tak harus seharian menunggu suami di rumah. bank umum asia membuka cabang pembantunya di tebet, jakarta selatan. semua personelnya wanita, termasuk satpam. diharapkan menyedot nasabah banyak.

30 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WANITA masa kini tidak selalu harus menunggui rumah Kendati mereka diharapkan menjadi ibu rumah tangga yang ideal, bukan berarti tertutup peluang bagi kaum lemah gemulai itu untuk menjadi kolega bisnis yang menawan. Peluang seperti ini terlihat hampir di banyak sektor ekonomi, terakhir di Bank Umum Asia, yang pekan lalu meresmikan cabang pembantu (capem)-nya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Boleh percaya boleh tidak, semua personelnya, mulai dari manajer hingga satpam, terdiri atas kaum hawa. Suasana kewanitaan sudah sangat terasa sejak acara peresmiannya pekan lalu. Di sela-sela entakan La Isla Bonita -- ini lagu berirama disko yang didendangkan Madonna -- sederet wanita berkebaya berjajar bagaikan pagar ayu. Tapi jangan salah, itulah karyawati dari Capem BUA. Dan satu hal lagi yang perlu dicatat, mungkin inilah satu-satunya bank yang diresmikan oleh Menteri Negara Urusan Peranan Wanita Ny. Sulasikin Murpratomo. Padahal, biasanya peresmian seperti itu dilakukan oleh gubernur BI. "Kami ingin sesuatu yang khas, lain daripada yang lain," kata Roy E. Tirtadji, direktur utama BUA. Menurut dia, ide pertama muncul dari benak Mochtar Riady, tokoh perbankan yang kini menjadi wapres BCA -- BUA memang salah satu anggota BCA Group. Sebenarnya, BUA bukanlah bank pertama yang memanfaatkan keluwesan wanita. Bank Umum Nasional, Bank Niaga Cabang Surabaya, dan BNI Sarinah juga pernah melakukannya, kendati diperkuat personel pria. Hanya untuk saat ini, tinggal BUA yang "didominasi" kaum wanita. Ini pun bukan dominasi murni. Khusus pada malam hari, satpam wanita akan digantikan oleh pria. Menjaring nasabah sebanyak mungkin, itulah motivasi utama BUA yang tampaknya bereksperimen dengan rumus "wanita untuk nasabah". Apalagi di Tebet hanya ada dua bank pemerintah (BNI dan BDN). "Daerah yang sangat menarik, sementara saingan belum banyak," kata Lanny Bambang, manajernya, yang sebelumnya adalah karyawati BCA. Untuk merebut pasar Tebet inilah Lanny menganggap perlunya pelayanan yang ekstra ramah. "Kalau perlu, dengan nasabah yang sama-sama wanita, kami tidak hanya membicarakan uang, tapi bisa juga berceloteh tentang rumah tangga," katanya melanjutkan. Harapan itu tampaknya tidak sia-sia. Baru beroperasi selama satu bulan, capem baru ini telah berhasil menjaring 275 nasabah, yang ternyata sebagian besar terdiri atas kaum hawa. BCA Group -- termasuk ke dalamnya Bank Perniagaan Indonesia -- memang boleh dibilang jeli menangkap situasi. Penyebaran cabang-cabang dari tiga bank yang jadi anggotanya diatur hingga tidak sampai terjadi penumpukan. Untuk kota kecil seperti Ponorogo, cukup dipasang cabang BUA saja. Jadi, wajar kalau BUA cepat "gemuk". Kekayaannya, yang tahun 1986 baru Rp 26 milyar, kini sudah Rp 60 milyar. Laba yang diraihnya naik drastis. Pada tahun 1986 laba bersih BUA hanya Rp 14 juta. Tahun berikutnya naik menjadi Rp 200 juta, dan tahun ini Roy menargetkan laba Rp 250 juta. Budi Kusumah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus