Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang berakhirnya masa tugas Kabinet Kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi-Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Oktober mendatang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan beberapa proyek infrastruktur.
Pada Kamis, 25 Juli 2019, Jonan meresmikan 16 infrastruktur kelistrikan yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Peresmian proyek tersebut dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Sumbawa 50 Megawatt di Sumbawa, NTB.
Sehari setelah kunjungan ke Sumbawa, NTB, pria berusia 56 tahun ini meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Grati Blok III 450 Megawatt di Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Proyek infrastruktur di NTB dan Jawa Timur merupakan bagian dari program percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrkan 35 ribu MW.
Tempo bersama Kompas diundang mengikuti peresmian proyek kelistrikan di NTB maupun di Jawa Timur. Hadir pula dalam kesempatan tersebut, Plt Direktur Utama PLN Djoko R Abumanan dan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana.
Menjawab pertanyaan Tempo dalam penerbangan dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menuju Surabaya, Jawa Timur, Kamis, Jonan menjelaskan program-program yang akan dilakukan dalam sisa masa tugasnya sebagai menteri. Dia juga memaparkan rencana yang akan dilakukan jika tidak lagi menjadi menteri. Berikut petikan wawancara Tempo dengan Jonan.
Apa yang Bapak akan lakukan di sisa tugas sebagai menteri?
Kalau saya berusaha menyelesaikan apa yang memang sudah menjadi program. Supaya kalau toh nanti ada pergantian, pengganti saya itu enggak terlalu kerjakan PR yang lama-lama. Apa itu (programnya)? Satu itu rasio elektrifikasi. Rasio elektrifikasi itu kan sebenarnya ya target awal Bappenas akhir 2019 itu targetnya itu 97,5 (persen). Nah kami sudah menyelesaikan 98,8 (persen). Mau saya kalau boleh sampai akhir masa tugas itu paling kurang 99 (persen). Ya kalau beruntung kami bisa (capai) 99,5 (persen). Kalau beruntung atau 99,3 (persen). Jadi nanti menteri selanjutnya itu bisa meneruskan yang kurangnya. Itu satu.
Yang kedua, tantangan lagi BBM Satu Harga. Memang targetnya 170 titik. Berarti 170 kecamatan sampai akhir tahun ini. Nah hari ini saya sudah selesai berapa? 163. Kurang tujuh kan. Insya Allah tujuh ya kalau 2 bulan setengah ini bisa lah. Nah itu selesai, 2 ini yang besar untuk masyarakat.
Kalau yang menggunakan APBN menerus, ya kami sesuai program. Mestinya bisa. Apalagi yang bisa? Ya kontrak-kontrak besar. Misalnya Freeport udah selesai. (Blok) Masela sudah. Ini kan gantung, Masela itu 20 tahun. Kalau Mahakam kan sudah selesai. Rokan sudah. Yang besar-besar ya.
Yang belakangan itu, Blok Corridor. Baru kemarin saya tandatangan, setuju perpanjangan 20 tahun. Operatornya tetap. Tetap ConocoPhillips, Repsol (Talisman Corridor Ltd), dan Pertamina. Itu sejak 50 tahun yang lalu kalau enggak salah loh ya atau 30 tahun. Dua puluh tahun terakhir itu Conoco, Repsol, dan Pertamina. Memang prioritasnya adalah eksisting dulu. Kalau eksistingnya sudah, kami evaluasi. Kami oke, kami kasih. Kalau enggak oke, Pertamina boleh aja ajukan sendiri. Tapi buktinya wong Pertamina suratnya bersama Repsol dan Conoco itu mereka minta bareng bertiga. Tapi Pertamina dari 10 persen peranannya jadi naik 30 persen. Yang lain dipukul rata.
Ya mestinya sudah selesai. Ya nyelesaikan kayak B30. Lah mudah-mudahan awal tahun depan bisa jalan. Januari lah. Kan sekarang B20 ini kan. Lagi ditesting B30 untuk supaya mengurangi impor BBM.
Kenapa Blok Corridor itu tidak dikasih ke Pertamina.
Loh lah Pertamina mintanya barengan mereka minta cuma 30 ya dikasih 30.
Karena Pertamina mintanya segitu?
Betul.
Enggak ada keinginan untuk dikasih sepenuhnya ke Pertamina?
Begini loh. Kami udah katakan. Pertamina boleh aja, kalau dia ngajukan dia mau ambil semua, kelola semua, silakan. Tapi kalau mau tetap, mau mempertahankan bertiga dengan Conoco dan Repsol, silakan. Ternyata Pertamina kan jumlahnya 30. Ya patungan itu. Jadinya Conoco 46, Repsol 24, Pertamina 30. Kalau dikasihkan itu kalimatnya apa ya. Saya kok enggak ngerti ya. Kalau dia memang maunya bertiga supaya bagi-bagi investasinya, ya sudah.
Kalau secara keuangan apakah Pertamina mampu?
Enggak tahu itu harus tanya ke Menteri BUMN. Buat kami begini, kalau minta 30, terus saya paksa minta 100 nanti kalau enggak jalan bagaimana? Kan penerimaan negaranya juga kurang. Wong ini kita bagi hasil dengan negara. Kan gitu. Jadi pikiran yang oo dikasihkan Pertamina. Bisa aja Pertamina bilang, 'Pak kalau penugasan ya kami enggak bisa nolak.' Saya enggak mau penugasan. Wong ini bisnis kok. Kalau penugasan nanti you enggak jalan you nyalahin saya, 'Loh saya kan cuma ditugaskan.' Pertamina minta 30, ya sudah.
Ke depannya apa PR menteri ESDM selanjutnya yang menurut Bapak paling urgent.
Ini sebenarnya saya harus bisa jawab. Tapi saya milih untuk tidak jawab. Karena nanti tentunya Bapak Presiden kalau nanti menunjuk orang lain sebagai penerus saya, Bapak Presiden yang ngasih tugas.
Kalau Bapak secara pribadi sudah lepas dari jabatan kan bisa ngasih saran.
Ya kalau diminta. Ya nanti, tunggu. Kalau itu lebih baik Presiden yang ngasih tugas saja.
Tantangan yang besar adalah bukan mengurangi konsumsi BBM. Itu enggak bisa dilakukan. Yang bisa itu produksinya meningkat. Produksi meningkat, itu ya eksplorasinya harus sekarang. Wong itu 10-20 tahun enggak ada eksplorasi besar kok. Kecuali Blok Cepu Banyu Urip. Itu aja. Mesti eksplorasi terus. Hasilnya nanti 5-10 tahun lagi, enggak bisa langsung.
Bapak Presiden bilang, 'Bisa enggak kita beli sumur yang sudah beroperasi di luar negeri?' Nah ini saya cari pak. Mungkin saya akan coba cari. Tapi sekarang tugasnya, bukan nanti.
Sudah jalan?
Loh baru diperintah kemarin kok.
Kalau sudah selesai masa tugas, apa yang akan Bapak lakukan?
Kalau sudah selesai, masa tugas. Sudah pensiun lah ya sebagai aparatur negara. Saya mau menikmati hidup. Saya mau kerja sosial.
Kerja sosial seperti apa pak? Bikin yayasan?
Ya termasuk bikin yayasan. Saya akan berusaha membantu saudara-saudara kita yang mungkin masih perlu bantuan. Apa aja kegiatannya. Saya akan cari. Apa ngumpulin teman-teman untuk bikin sumur bor-sumur bor lagi yang kekurangan. Membangun PLTS apa segala macam. Yang di mana saya mampu secara pengetahuan atau secara teknis. Saya ingin kerja sosial. Saya dah enggak mau bisnis, cari uang lagi. Bikin perusahaan. Mau jadi kaya? Enggak ada saya. Saya kalau selesai ini mau mengabdi kepada masyarakat
Kalau misalnya diminta lagi sebagai menteri, apa yang akan Bapak lakukan?
Saya selalu yakin, kalau membantu Pak Jokowi adalah berkarya untuk bangsa dan negara untuk masyarakat. Saya pernah mengatakan kepada beliau, saya ditugaskan apa saja terserah. Karena saya yakin membantu beliau adalah membantu bangsa dan negara, membantu masyarakat. Karena semangat beliau untuk keadilan sosial.
KODRAT SETIAWAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini