SEORANG Cina tua, bertampang kisut menghirup sesendok teh obat
cair ajaib. Segera sesudah itu pandangan mata dan raut mukanya
menjadi lebih muda sepuluh tahun. Ini luar biasa kelihatan di
layar televisi RRC.
Benar atau tidaknya obat itu demikian ajaib, soal lain lagi.
Yang jelas itu cuma iklan, pesan komersial dari suatu perusahaan
negara. Adanya iklan itu merupakan sesuatu di antara sekian
banyak pertanda mengenai perubahan radikal di RRC setelah zaman
Mao.
Teve RRC biasanya penuh dengan siaran propaganda. Orang boleh
bilang apa saja tentang mutu siaran TV-RI, tapi ia pasti lebih
lumayan dibanding dengan yang di RRC itu.
Ada kurang dari satu juta pesawat penerima untuk seluruh
penduduk yang 850 juta. Atau hanya satu pesawat untuk sekitar
1000 orang. Hanya tiga jam siarannya sehari dengan satu saluran
yang di-relay ke daerah-daerah.
Berbeda dengan teve, radio di RRC sungguh merupakan alat
komunikasi massa yang jauh dan lebih luas jangkauannya. Siaran
radionya kini menggencarkan slogan modernisasi. Isinya bukan
hanya propaganda, tapi juga instruksi dari Beijing (Peking)
sampai ke komun di pedalaman. Namun sudah mulai ada juga
dibawakannya acara pelajaran bahasa asing seperti Inggeris,
Perancis dan Jepang. Bahasa asing itu menjadi penting bagi RRC
yang sedang membuka pintunya untuk kaum pelancong dari luar dan
makin banyak pula mengirim mahasiswa ke luar negeri.
Baik radio maupun teve RRC, dengan adanya "lompatan besar ke
luar" oleh Wakil PM Deng Xiaoping, melakukan siaran eksperimen.
Iklan tadi adalah contoh coba-coba tadi. Eksperimen juga
terbayang dari laporan pandangan matanya mengenai perjalanan
Deng ke AS. Tampak juga Deng sedang bergaya dengan topi kowboi,
dan terdengar suara Presiden Carter menjawab pertanyaan reporter
teve RRC.
Tapi eksperimen teve RRC paling hebat ialah siaran film Jepang
dan Amerika. Sampai dua tahun lalu, semua itu masih mustahil.
Bahkan sudah mulai pula disiarkannya show tari-tarian, lagu-lagu
cinta dan lelucon yang dulu dicap sebagai "kontra-revolusi" atau
"perangsang pornografi".
Pemimpin Teve
Gaya baru itu digerakkan antara lain oleh orang seperti Chou
Feng, 63 tahun. Dulu, seperti terbaca dalam majalah Perancis
l'Express, dia menjadi aktor yang belajar menyutradarai film.
Sesudah RRC terbentuk 1949, karena koneksinya dengan partai, dia
memimpin studio film Shanghai. Dari situ dia memasuki bidang
televisi. Tapi ketika meletus revolusi kebudayaan, seperti
jutaan orang lainnya, ia dikirim ke tempat 'pendidikan kembali'.
Sepuluh tahun lamanya Chou Feng disuruh bekerja di ladang.
Tangannya sampai menjadi kasar. Sesudah pengganyangan 'Empat
Bandit' tahun 1977, dia dipanggil lagi untuk memimpin stasion
teve Shanghai, kota Cina terbesar dengan 8 juta penduduk.
Memakai peralatan murah, dan serba kurang, stasion Shanghai yang
dipimpin Chou Feng menyiapkan reportase kritik.
"Masyarakat sosialis juga memiliki kesalahan," katanya pada
Etienne Mougeotte, pemimpin tim radio Perancis. "Mengapa kita
tak mengungkapkannya.
Chou Feng menerima Mougeotte di studionya dan membanggakan
karyanya: Tentang pembuatan kapal di suatu galangan RRC.
Tiang-tiangnya telah rubuh sebelum kapal itu diluncurkan ke air.
Kalau itu diungkapkan di aman 'Empat Bandit', katanya, "akan
dicap sebagai reportase negatif." Kritik begini -- termasuk
eksperimen di teve seperti halnya dengan iklan tadi -- juga
sudah dipraktekkan oleh media cetak RRC.
Siaran iklan di teve RRC dimulai akhir Januari, seakan-akan
menyambut 'tahun kambing'. Periklanan di RRC dulu sudah ada,
tapi terhapus dengan munculnya 'revolusi kebudayaan' -- zaman
'Empat Bandit'. Kini, demikian Radio Peking yang mengutip
keterangan pejabat perusahaan iklan di Shanghai, "pesan
komersial memainkan peranan positif dalam pembangunan
perdagangan dan pariwisata -- di dalam maupun di luar negeri --
serta pertukaran informasi tehnik."
Ternyata cara teve RRC menempatkan pesan komersial itu cukup
menyala. Iklan itu, misalnya, mengiringi siarannya tentang
pertandingan basket ball. Tak lupa ia mempromosilan Coca-Cola.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini