Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Museum Wayang yang berada di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, ditutup sementara hingga akhir tahun. Penutupan ini dilakukan untuk menyiapkan ruang pamer baru yang diharapkan akan menarik lebih banyak pengunjung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam unggahan di akun resmi Instagram. "Museum Wayang akan tutup mulai tanggal 29 Juli s.d akhir tahun 2024," demikian tertulis dalam salah satu unggahannya, Senin, 29 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disebutkan pula bahwa penutupan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pengunjung dengan menghadirkan ruang imersif dan tata pamer baru.
Tentang Museum Wayang
Museum Wayang merupakan salah satu dari enam museum yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta, yakni Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bahari. Museum yang menghadap langsung Taman Fatahillah ini berisi berbagai koleksi wayang yang terbuat dari kayu, kulit, dan bahan lainnya. Wayang-wayang tersebut tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari mancanegara, seperti Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Prancis, India, dan Kamboja.
Di dalam museum ini terdapat sebuah teater yang dijadikan sebagai tempat pertunjukan Wayang tradisional. Pengunjung dapat menyaksikan seni yang memikat ini secara langsung, lengkap dengan musik gamelan, cerita tradisional, dan manipulasi rumit dari boneka-boneka untuk menceritakan epik-epik kuno dan cerita rakyat.
Menurut laman jakarta-tourism.go.id, hingga kini Museum Wayang mengoleksi lebih dari 6.800 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan.
Sejarah Museum Wayang
Selain wayang, di dalam museum ini juga terdapat pelat yang menandai batu nisan Jan Pieterszoon Coen. Coen adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menjabat dua kali, periode pertama memimpin antara 1619-1623 dan kedua antara tahun 1627 hingga 1629.Dia terkenal karena memindahkan markas VOC dari Ambon ke Batavia.
Bangunan museum ini merupakan peningalan zaman Hindia Belanda. Dulu gedung ini merupakan gereja tua peninggalan VOC pada 1640, Hollandsche Kerk, yang menjadi tempat beribadah tentara Belanda dan penduduk. Gereja ini mengalami renovasi pada 1732. Pada 1808, terjadi gempa hebat yang mengakibatkan gereja tua itu mengalami kerusakan di beberapa bagiannya.
Gedung tersebut dibangun ulang dan menjadi milik perusahaan Geo Wehry & Co. Sisi depannya direnovasi pada 1912 dengan gaya arsitektur Neo Renaissance.
Gedung ini juga sempat ditetapkan sebagai monumen pada tanggal 14 Agustus 1936, lalu menjadi Museum Batavia Lama pada 1937. Setelah Indonesia merdeka, Museum Batavia Lama diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) pada 1957 dan berubah nama menjadi Museum Jakarta Lama. Gedung ini diubah menjadi Museum Wayang dan diresmikan pada 13 Agustus 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.