Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan metode kontrasepsi untuk pria atau KB pria menjadi salah satu opsi yang jarang untuk diperbincangkan. Umumnya, metode kontrasepsi lebih banyak ditunjukkan kepada perempuan. Padahal, pria juga memiliki opsi metode kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Salah satu kontrasepsi yang digunakan pria paling umum adalah kondom. Dengan bahan lateks, poliuretan, atau lambskin, kondom menjadi pelindung sperma untuk tidak masuk ke dalam vagina selama berhubungan seksual. Kondom juga cukup populer karena efektif untuk melindungi dari infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, saat berhubungan seksual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kondom sendiri memiliki efektivitas sekitar 98 persen dalam mencegah kehamilan selama penggunaannya tepat dan konsisten. Termasuk tidak menggunakannya berulang kali. Selain itu, kemudahan akses untuk mendapatkan kondom juga menjadi salah satu kelebihannya.
Sayangnya, kondom bisa bocor atau bahkan terlepas saat sedang digunakan. Apalagi jika kondom tidak disimpan dengan benar, maka kerusakan lain akan muncul. Dikutip dari National Institutes of Child Health and Human Development, kondom sayangnya bisa memberikan reaksi alergi terhadap beberapa orang. Alergi ini berasal dari bahan lateks yang tidak cocok dengan orang-orang yang memiliki kulit sensitif.
Karena itu, salah satu jenis kontrasepsi yang disarankan kepada pria yang aktif dalam melakukan hubungan seksual adalah vasektomi. Namun metode ini adalah prosedur kontrasepsi yang bersifat permanen, sehingga perlu dipastikan sebelum mendapatkannya, orang yang akan melakukan prosedur tidak lagi menginginkan seorang anak.
Vasektomi memiliki tingkat efektivitas sampai dengan 99 persen untuk mencegah kehamilan dan tidak memberikan pengaruh seksual apa pun. Bahkan produksi hormon testosteron, libido, dan kemampuan ereksi tidak akan menjadi masalah.
Sayangnya, vasektomi tidak bisa bekerja secara instan. Setelah prosedur dilakukan diperlukan sekiranya 3-4 bulan agar sperma tidak lagi keluar berbarengan dengan air mani. Di lain sisi, prosedur ini juga tidak bisa memberikan perlindungan terhadap IMS saat melakukan hubungan seksual.
Selain dua alat kontrasepsi di atas, spermisida juga bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi pria. Dilansir dari WebMD, spermisida adalah salah satu bahan kimia yang diklaim mampu mencegah kehamilan dengan cara membunuh sel sperma. Akibatnya, sel sperma yang masuk ke dalam vagina tidak lagi bisa membuahi sel telur.
Untuk cairan kimia ini sendiri memberikan efektivitas sekitar 70 sampai 80 persen. Sayangnya, spermisida tidak bisa mencegah penularan IMS karena bukan sebuah bentuk pelindung. Spermisida biasanya akan dalam bentuk jeli, pil, dan bahan dilarutkan.
Saat ini KB pria dalam bentuk pil yang sifatnya nonhormonal juga mulai dikembangkan. Biasanya, pil memang hanya diberikan kepada perempuan karena mereka memiliki siklus bulanan, sedangkan pria tidak.
"Pil pria yang aman dan efektif akan memberikan lebih banyak pilihan kepada pasangan untuk pengendalian kelahiran," kata Gunda Georg, seorang profesor di College of Pharmacy, dikutip dari University of Minnesota 26 Maret 2025.