Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan obsesif-kompulsif atau OCD merupakan kondisi gangguan kesehatan mental yang melibatkan pikiran atau obsesi seseorang yang berulang, namun perilaku tersebut sesuatu yang tidak diinginkan berulang atau kompulsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam hal ini, obsesi membuat pikiran seseorang sulit untuk fokus terhadap suatu hal, sedangkan kompulsi meliputi adalah tindakan tertentu yang membuat seseorang perlu menanggapi obsesi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tentu hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi seorang OCD untuk melakukan aktivitas kesehariannya. Diambil contoh dari psychcentral.com, ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan pikiran tentang kuman yang ada di sekitarnya. Dampaknya membuat penderita gangguan untuk memaksan rutin mencuci tangan secara berlebihan.
Bahkan gangguan ini membuat seseorang wajib mengatur objek dari urutan tertentu yang bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan atau bahaya. Namun tentu kita jadi bertanya-tanya apa penyebab dari gangguan OCD ini. Oleh karena itu berikut merupakan beberapa penyebab yang diketahui berpotensi membuat munculnya gangguan ini.
Apa Penyebab OCD?
Penyebab dari OCD belum diketahui penuh oleh para ahli, namun mereka memiliki beberapa teori tentang kemungkinan penyebabnya, antara lain:
Faktor Biologis
Pertama, nampaknya OCD dapat disebabkan dari faktor biologis. Dalam laman med.stanford.edu, menunjukan bahwa penderita OCD bisa terkena darigangguan fungsi atau masalah transmisi bahan kimia di bagian otak tertentu, seperti serotonin dan norepinefrin yang berkontribusi pada OCD.
Lalu mengutip ocduk.org, studi pencitraan otak secara konsisten menunjukkan pola aliran darah yang berbeda di antara orang-orang dengan OCD. Ada juga penemuan dari studi meta-analisis yang memperlihatkan perbedaan ditemukan secara konsisten hanya di gyrus orbital dan kepala nukleus berekor di antara penderita OCD dan seseorang dengan kontrol yang sehar
Faktor Autoimun
Penyebab selanjutnya ialah OCD yang mampu diturunkan setelah terjadinya infeksi. Melansir Medical News Today, beberapa infeksi tersebut bisa berupa infeksi streptokokus grup A yang juga termasuk radang tenggorokan, lalu penyakit Lyme, dan terakhir virus flu H1N1.
Faktor Kognitif
Teori atas penyebab lain OCD ialah ketika dimulai saat seseorang menafsirkan pikiran mereka sendiri. Misalnya dalam merawat bayi, penderita OCD bisa saja memiliki tekanan kuat yang mengganggu sehingga tidak sengaja melukai bayi.
Tindakan tersebut mungkin diambil dengan tidak banyak alasan, namun penderita OCD mengetahui bahwa tindak itu harus terjadi dan terus-menerus untuk mencoba mengambil tindakan secara berlebihan.
Faktor Keluarga
Diketahui bahwa ada potensi untuk OCD diturunkan, tetapi riwayat keluarga yang positif tidak terjadi pada banyak pasien. Masih dalam ocduk.org, sebuah tinjauan meta-analitik melaporkan bahwa seseorang dengan OCD empat kali lebih mampu untuk mengirimkan gangguan ini kepada anggota keluarga lainnya.
Faktor Lingkungan
Dilansir dari Healthline, trauma, pelecehan, atau peristiwa stres lainnya mampu secara kuat menjadi faktor yang berpotensi dalam mengembangkan gangguan OCD dan kondisi kesehatan mental lainnya, salah satunya kehidupan yang penuh akan tekanan.
Banyak juga yang telah melaporkan bahwa gejalanya muncul dalam waktu enam bulan setelah kejadian seperti persalinan dan komplikasi lainnya, konflik yang menimbulkan trauma, sampai penyakit serius. Selain itu, OCD juga dapat terjadi bersamaan dengan gangguan stres pasca-trauma, atau PTSD.