Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Sedih adalah perasaan normal yang wajar jika dialami, tetapi jika terlalu sering merasa sedih dan itu memengaruhi kehidupan sehari-hari, bisa jadi mengalami depresi. Mengutip WebMD gangguan mental ini dapat dioati dengan obat-obatan, berbicara dengan terapis, dan mengubah gaya hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ada banyak jenis depresi. Melansir Healthline, berikut 5 jenis depresi yang sering terjadi:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
1. Depresi mayor
Depresi berat adalah kondisi yang umum dan berulang. Menurut penelitian tahun 2017, tentang 17,3 juta orang dewasa di AS telah mengalami setidaknya satu kali depresi mayor.
Orang juga dapat menyebut depresi berat sebagai depresi kronis, depresi klasik dan depresi unipolar.
Orang dengan depresi berat mengalami gejala hampir sepanjang hari, setiap hari.
Cir-ciri orang dengan gejala depresi berat yaitu:
- Sedih yang berlebihan
- Sulit tidur atau terlalu banyak tidur
- Kekurangan energi dan kelelahan
- Nafsu makan menurun
- Sakit dan nyeri tanpa alasan jelas
- Kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya menyenangkan
- Kurang konsentrasi dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan
- Perasaan tidak berharga atau putus asa
- Kekhawatiran dan kecemasan terus-menerus
- Pikiran tentang kematian, menyakiti diri sendiri, atau bunuh diri
2. Depresi persisten
Gangguan depresi persisten adalah depresi yang berlangsung selama 2 tahun atau lebih. Sebutan lainnya yaitu distimia atau depresi kronis.
Beberapa gejala depresi persisten meliputi:
- Kesedihan atau keputusasaan yang mendalam
- Harga diri rendah atau perasaan tidak mampu
- Kurangnya minat pada hal-hal yang pernah dinikmati
- Perubahan nafsu makan
- Perubahan pola tidur atau energi rendah
Meskipun ini adalah jenis depresi jangka panjang, keparahan gejala sewaktu-waktu dapat berkurang. Beberapa orang juga mengalami depresi berat sebelum atau saat mereka mengalami gangguan depresi persisten. Ini disebut depresi ganda.
Depresi persisten berlangsung selama bertahun-tahun, sehingga orang dengan jenis depresi ini mungkin mulai merasa bahwa gejala mereka hanyalah bagian dari pandangan hidup normal mereka.
3. Depresi manik atau gangguan bipolar
Depresi manik melibatkan periode mania atau hipomania. pengidap depresi ini akan merasa sangat bahagia. Depresi manik adalah sebutan lama untuk gangguan bipolar. Hypomania adalah bentuk mania yang tidak terlalu parah.
Tanda-tanda depresi manik meliputi:
- Energi tinggi
- kurang tidur
- sifat lekas marah
- balap pikiran dan ucapan
- pemikiran yang muluk-muluk
- meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri
- perilaku yang tidak biasa, berisiko, dan merusak diri sendiri
- merasa gembira, “tinggi”, atau euforia
Dalam kasus yang parah, depresi dapat mencakup halusinasi dan delusi. Dapat juga mengalami episode campuran, yaitu gejala mania dan depresi.
4. Psikosis depresif
Beberapa orang dengan depresi berat mungkin mengalami periode psikosis. Ini dapat melibatkan halusinasi dan delusi.
Profesional medis menyebut ini sebagai gangguan depresi mayor dengan ciri psikotik. Namun, beberapa penyedia masih menyebut fenomena ini sebagai psikosis depresi atau depresi psikotik.
5. Depresi perinatal
Depresi perinatal atau gangguan depresi mayor dengan onset peripartum, terjadi selama kehamilan atau dalam 4 minggu setelah melahirkan. Orang mungkin menyebut ini sebagai depresi pascamelahirkan.
Perubahan hormon selama kehamilan dan persalinan dapat memicu perubahan di otak yang menyebabkan perubahan suasana hati.
Gejala depresi perinatal bisa sama parahnya dengan depresi berat dan misalnya kesedihan, kecemasan, marah, kelelahan, kesulitan merawat diri sendiri atau bayi baru dan parahnya pikiran untuk melukai diri sendiri atau menyakiti bayi.
Orang yang kurang mendapat dukungan atau pernah mengalami depresi sebelumnya berisiko lebih tinggi mengalami depresi perinatal.
NOVITA ANDRIAN
Baca: Ketahui Penyebab dan Gejala Depresi