Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Hollywood - Perhelatan Academy Awards ke-87 atau yang biasa disebut sebagai Oscar menimbulkan banyak kontraversi.
Ada enam film yang masuk berbagai nominasi Oscar 2015 yang dinilai mengaburkan fakta, sarat unsur politik, dan mengandung makna yang salah kaprah.
1. American Sniper
Film yang disutradarai Clint Eastwood ini berkisah tentang seorang penembak jitu terbaik dari pasukan militer angkatan laut Amerika Serikat, Chris Kyle, yang diperankan oleh Bradley Cooper. Para penonton film ini ada yang menganggap Chris sebagai pahlawan. Sisanya menganggap dia sebagai pembunuh. Beberapa tokoh terlalu menganggap film ini sarat unsur politik, seperti Sarah Palin, Seth Rogen, dan Michael Moore.
Hal lain yang mengundang kontroversi adalah film ini dianggap melebih-lebihkan fakta dalam otobiografi milik Chris Kyle. Salah satunya adalah adegan Chris Kyle sedang berada di atas Stadion Superdome, sesaat setelah Badai Katrina, dan mampu menembak 30 penjarah tepat sasaran.
Film ini masuk beberapa kategori nominasi, seperti Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Skenario Adaptasi Terbaik.
2. Foxcatcher
Merupakan film adaptasi dari kisah nyata dua pegulat bersaudara. Film ini langsung dikritik keras oleh tokoh utama sebenarnya. Salah satu pegulat, Mark Schultz, yang diperankan oleh Channing Tatum, marah besar kepada sang sutradara, Bennet Miller, setelah dia menonton film tersebut.
Schultz sempat mengungkapkan kekesalannya lewat cuitan yang kini telah dihapusnya: "I HATE BENNET MILLER" (SAYA BENCI BENNET MILLER)" dan "I HATE EVERYTHING THAT SCUM TOUCHES. EVERYTHING!!!" (SAYA BENCI SEGALA HAL YANG DIKERJAKAN SAMPAH ITU. SEMUANYA). Selain itu, dalam status Facebook milik Schultz, yang juga telah dihapus, dia sempat menjelaskan hal yang membuatnya sangat marah. Dia tak suka ketika ada suatu maksud film tersebut yang mengindikasikan bahwa dia punya hubungan "khusus" dengan pelatih yang juga sponsornya, miliuner John du Pont, yang diperankan oleh Steve Carrell.
Tapi, belakangan, Schultz telah meminta maaf melalui akun Twitter-nya. Dia juga mengatakan film ini adalah suatu keajaiban.
Foxcatcher masuk nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Sutradara Terbaik.
3. Gone Girl
Film ini berkisah tentang seorang psikopat feminis melawan seorang lelaki anti-perempuan yang berkharisma. Keduanya terlibat dalam suatu pernikahan berujung tragedi. Dalam novelnya, masing-masing karakter diberi kesempatan untuk bercerita soal sudut pandangnya kepada pembaca. Namun hal ini tak terjadi dalam film.
Akibatnya, sikap penonton terbelah. Mereka yang hanya menonton filmnya tanpa membaca bukunya, dan tak puas dengan jalan cerita film, akan beranggapan bahwa Amy, sang tokoh utama, adalah mimpi buruk bagi semua pembenci wanita--seorang feminis yang memanipulasi pemerkosaan, memalsukan kehamilan, dan membunuh laki-laki. Sedangkan mereka yang menyukai alur cerita film ini akan berpendapat bahwa tak semua perempuan (dan tak semua feminis) harus seorang yang baik.
Gone Girl masuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik.
4. The Grand Budapest Hotel
Sutradara film ini, Wes Anderson, adalah seorang yang kaya humor dengan imajinasi tinggi. Hal ini menjadikan paham fasisme yang tampak dalam film yang terinspirasi oleh penjajahan Nazi tersebut menjadi lebih berwarna dan cantik.
Namun beberapa kritikus film menilai imajinasi Anderson terlalu berlebihan. Sebab, Anderson mengubah simbol Nazi, "SS", menjadi satu simbol "ZZs" berwarna merah muda. Simbol ini dinilai terlalu lucu dan manis mengenai Perang Dunia II.
Anderson, seperti dikutip dari Time, mengatakan hal yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang baru. Justru, kata dia, interpretasi seperti ini dapat mengembalikan penonton pada memori masa lalu, yaitu kekejaman Nazi selama Perang Dunia II.
The Grand Budapest Hotel masuk beberapa nominasi Oscar, seperti Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Skenario Asli Terbaik.
5. The Imitation Game
FIlm ini berkisah tentang Alan Turing, yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch. Seorang lelaki yang membantu mengakhiri Perang Dunia II karena berhasil memecahkan kode Nazi berkat sistem komputer yang ia kembangkan. Nahas, meski menjadi pahlawan, Alan menjalani hukuman dikebiri karena identitasnya diketahui menyukai sesama jenis.
Para kritikus film mempertanyakan pembuat film ini karena tak ada satu pun adegan eksplisit yang menunjukkan bahwa Alan berhubungan seksual dengan sesama lelaki. Hanya ada satu adegan yang menimbulkan perdebatan soal Alan Turing yang dikirimkan surat kaleng oleh mata-mata Soviet. Ketimbang persoalan orientasi seksual Alan, surat kaleng ini lebih mengimplikasikan bahwa Alan sebenarnya adalah seorang pengkhianat.
Film ini masuk beberapa nominasi, seperti Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Skenario Adaptasi Terbaik.
6. Selma
Selma adalah fllm yang danggap paling kontroversial dalam Oscar tahun ini. Selain disambut hangat oleh para kritikus film dan sejarawan, film ini dikritik tajam oleh mantan ajudan Presiden Amerika Serikat ke-36, Lyndon Baines Johnson (terkenal dengan sebutan LBJ), lewat artikelnya di Washington Post. Sang ajudan mengatakan ada ketidakakuratan info, terutama yang terkait dengan Martin Luther King Jr. Ajudan ini juga menyayangkan keputusan Oscar memasukkan film ini ke daftar nominasi karena gambaran LBJ dalam film ini tak benar.
Sang sutradara, Ava DuVenay, bingung atas kontroversi yang timbul dari filmnya. Dia mengatakan, saat penayangan perdana, semua yang menonton film ini mengagumi LBJ. Bahkan sebagian besar kolumnis memuji DuVernay karena kemampuan artistiknya. Johnson ditampilkan dengan amat baik dalam film ini, dan sebenarnya yang menjadi fokus adalah Martin Luther King Jr.
Walaupun DuVernay memecahkan rekor sebagai sutradara wanita kulit hitam pertama yang masuk nominasi Oscar, Selma tetap tak bisa lepas dari persoalan. Sebagian besar juri menganggap hal ini adalah soal ras.
Namun ada salah satu juri anonim yang menyampaikan kritik keras soal film ini. "Saat ada film yang menceritakan soal orang kulit hitam dan ceritanya bagus, kami akan memilihnya. Tapi apa kami juga harus memilih semua film yang di dalamnya ada orang kulit hitam walaupun filmnya buruk?" Selain itu, dia memprotes soal aksi bintang film ini saat premiere yang mengenakan kais bertulisan "I can't breathe" (saya tak dapat bernafas). Menurut dia, itu adalah tindakan ofensif. Padahal aksi tersebut dilakukan sebagai aksi protes terhadap kematian Eric Garner, yang terlibat dalam perang saudara dan isu ras di Amerika Serikat.
Film Selma dinominasikan untuk Film Terbaik dan Lagu Film Terbaik dalam Oscar tahun ini.
YOLANDA RYAN ARMINDYA| TIME
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini