Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Di dunia batik, pucuk rebung dikenal sebagai motif penghias ujung kain. Namun dalam peragaan busana di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, motif pucuk rebung ”merambat”, merangsek naik membalut sekujur tubuh sang model. Pucuk rebung mengambil alih spotlight.
Ambah Batik dalangnya. Label pendatang baru tersebut meluncurkan koleksi perdananya. Dina Rimandra, pendiri dan Direktur Ambah Batik, membiarkan orang tahu kekhasan brand yang dia rintis sejak tiga tahun silam itu. “Motif ini akan menjadi DNA atau signature kami,” kata Dina kepada Tempo.
Pucuk rebung merupakan motif khas Melayu yang bermakna sebuah harapan. “Artinya, kehidupan seorang manusia itu harus bisa memberikan manfaat dan harapan baik bagi sesama,” ujar Dina. Dia menyelaraskannya dengan nama Ambah Batik. Menurut dia, Amba berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya menulis, ditambah huruf “h” dari kata "hidup". "Jadi, artinya menulis kisah kehidupan yang bermanfaat untuk sesama."
Dina menuturkan, motif pucuk rebung akan mendominasi setiap batik yang dia produksi. Seperti yang ditunjukkan lewat 48 koleksi ready to wear, yang dibagi dalam tiga babak, di runway tersebut.
Pada tahapan pembuka, Dina dan kawan-kawan menampilkan pucuk rebung dalam batik berpotongan modern, seperti jumpsuit, wrapped dress, blazer, celana, dan sheath dress. Perancangnya, Stephanie, membuat batik tampak modern dengan paduan warna merah, hitam, dan sedikit sentuhan keemasan. Dia juga menambahkan motif bunga di samping bintang utamanya, pucuk rebung.
Masuk ke babak kedua, Ambah Batik menunjukkan kreasi batik berpotongan modern dengan gaya yang sedikit ”berani”. Batik pucuk rebung bernuansa biru menjelma menjadi mini dress, crop top, hingga gaun dengan belahan tinggi. Seluruh koleksi itu bersiluet mengikuti lekuk tubuh dan, di beberapa koleksi, dikombinasikan dengan material transparan. Cocok untuk perempuan yang berani tampil sedikit ”buka-bukaan”.
Pada fase penutup peragaan itu, Ambah Batik mencoba menyampaikan pesan serius lewat busana berpotongan formal, meskipun ada beberapa busana yang persis seperti babak pertama--hanya berganti motif. Di babak ini, motif pucuk rebung menjelma menjadi sedikit misterius lewat nuansa hitam-emas. Kesan glamor juga muncul lewat penambahan material lace dan payet yang membentuk motif batiknya. Sebagai sajian pamungkas, Ambah Batik menampilkan sembilan rangkaian gaun, mini dress, hingga sheath dress yang dilengkapi cape yang menyapu lantai.
Tak mudah memadupadankan motif pucuk rebung ke dalam busana karena bentuknya yang kompleks. Selain itu, motifnya sudah ramai dan “gemuk”. “Maka, untuk mengatasinya, saya menggunakan siluet-siluet yang simpel,” kata Stephanie. Koleksi Ambah Batik menggunakan material dasar Thai silk, katun, dan sutra baron. Karena itu, untuk membawa pulang sepotong koleksinya, pembeli harus merogoh kocek Rp 550 ribu-5 juta.
Supaya makna labelnya tak hanya menjadi slogan, Dina juga mengambil batik tulis dari sekolah menengah kejuruan binaan Galeri Batik Kudus, perajin lokal di Pekalongan dan Solo. “Sekitar 20 persen koleksinya dikerjakan oleh siswa di SMK Bogor,” kata dia. Dia juga berjanji akan menyumbangkan 50 persen profit penjualan Ambah Batik untuk menyediakan fasilitas pelatihan di berbagai sekolah menengah kejuruan.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Apakah Green Coffee Efektif Menurunkan Berat Badan?
'Say Cheese' di Depan Kamera Ternyata Salah, Ucapkanlah...
Malas Bergerak Berhubungan dengan Tingkat Kecerdasan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini