Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan darah cenderung tinggi saat bangun pagi, misalnya 130/80 mmHg? Padahal, Anda tidak mengidap hipertensi, dengan kisaran tensi 140-159/90-99 mmHg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Selama jantung sehat, enggak ada kelainan jantung, ada variasi tekanan darah, pagi atau siang, selama variasi itu tidak lebih dari 140 mmHg," ujar dr. Yuda Turana, SpS(K).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dokter yang juga mengajar di FKIK Unika Atma Jaya Jakarta itu, saat malam sering kali tekanan darah berada pada angka 120/70 mmHg atau sistolik 110 mmHg karena kondisi tubuh yang rileks. Lalu pada pagi hari, tiba-tiba tekanan darah naik ke angka 135/85 mmHg.
"Tetapi kalau saat tidur rileks, besok pagi tekanan darah jadi 160 mmHg, ini harus hati-hati. Tetapi kalau tadinya 110 mmHg, 130 atau 135 mmHg, variasinya itu bagian dari variasi yang kita sebut normal," jelasnya.
Ilustrasi memeriksa tekanan darah. REUTERS/Fabrizio Bensch
Serangan fajar atau morning surge terjadi saat tekanan darah sistolik lebih dari seharusnya yakni, 135 mmHg atau 140 mmHg. Kondisi ini bisa berakibat buruk pada organ tubuh yang memiliki pembuluh darah, termasuk ginjal.
Agar hal ini tak terjadi, Yuda menyarankan terutama para penderita hipertensi, memeriksakan tekanan darahnya rutin pada pagi dan malam hari di rumah, selain juga di klinik. Pemeriksaan di rumah bisa membantu mendeteksi hipertensi terselubung dan hipertensi jas putih.
Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 34,1 persen dari populasi orang dewasa dan menjadi penyebab utama gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah.