Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nasi adalah makanan pokok di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Sayangnya, makanan yang berasal dari beras ini sering disebut bisa bikin gemuk. Benarkah demikian?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasi terutama terdiri dari karbohidrat dengan 200 kalori per mangkuk dan nasi putih mengandung sekitar 45 gram karbohidrat dan sangat sedikit lemak. Nasi adalah sumber makanan untuk mendapatkan energi dengan cepat tapi sering dikritik karena indeks glikemik yang tinggi, terutama nasi putih, yang bisa menyebabkan kenaikan kadar gula darah dengan cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hubungan antara konsumsi nasi dan kenaikan berat badan tidak secara langsung dan kebanyakan tergantung pada jenis nasi dan konteks pola makan secara keseluruhan. Nasi putih selalu dikaitkan dengan kenaikan berat badan di beberapa penelitian karena indeks glikemik yang tinggi, yang bisa memicu rasa lapar dan makan berlebihan.
Contohnya adalah riset yang dipublikasikan di International Journal of Obesity, yang menyebut kaitan antara asupan tinggi buliran rafinasi, termasuk beras putih, dan obesitas. Beras cokelat disebut lebih rendah indeks glikemik dan lebih banyak kandungan serat, vitamin, dan mineral. Serat dietnya bisa bikin kenyang lebih lama dan berpotensi mengurangi asupan kalori secara umum.
Tak ada dampak langsung dengan berat badan
Menurut penelitian oleh Harvard Health Publishing, mengganti nasi putih dengan nasi cokelat bisa membantu menjaga berat badan dan mengurangi risiko diabetes tipe 2. Sementara nasi putih diklaim makanan tinggi kalori, gula, dan lemak, yang bisa menambah berat badan. Belum lagi metode penyajian, misalnya digoreng atau dibuat nasi uduk yang ditambahkan santan.
Dilansir dari The Daily Star, faktor gaya hidup seperti level aktivitas fisik, kebiasaan pola makan secara umum, dan kondisi sosial ekonomi memegang peranan penting. Urbanisasi dan gaya hidup sedenter memicu angka obesitas lebih tinggi di kota besar dibanding kota kecil, di mana aktivitas fisik masih banyak dilakukan.
Jadi, kesimpulannya hanya makan nasi tak berdampak langsung pada kenaikan berat badan. Jenis nasi, konteks pola makan secara menyeluruh, dan gaya hidup individual lebih besar dampaknya pada berat badan.