Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Buku Warna-warni Bali Masa Kini, Melihat dengan Hati

Satu buku yang menggambarkan warna-warni situasi Bali masa kini diluncurkan di Ubud.

4 September 2016 | 15.25 WIB

Areal persawahan di Desa Ubud, Bali. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Perbesar
Areal persawahan di Desa Ubud, Bali. TEMPO/Gunawan Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Ubud - Satu buku yang menggambarkan warna-warni situasi Bali masa kini diluncurkan di Ubud, Bali, Sabtu malam, 3 September 2016. Buku karya S. Dian Andryanto yang berjudul Matur Suksma adalah buku keempat dari seri buku #Sayabelajarhidup.

“Ini hasil persinggahan di Bali termasuk perjalanan mengelilingi Bali selama 8 hari awal tahun ini,” ujar Dian. Bahannya dia peroleh dari hasil mengobrol dengan banyak orang dari beragam profesi dan latar belakang. “Kalau ada yang menarik dan layak untuk saya sebarkan akan langsung saya tulis,” katanya.

Buku ini menjadi semacam ensiklopedia kehidupan sehari-hari orang Bali mulai dari penari, petani, penyanyi bar, pemilik hotel, nelayan hingga para kelian adatnya. Namun, Dian yang mengawali aktivitas penulis independennya di Facebook, mengatakan buku itu tentu tak bisa menggambarkan keseluruhan hidup orang Bali.

Ada pun bentuk tulisan dalam buku ini sangatlah beragam mulai dari esai pendek hingga tulisan layaknya sebait puisi. Dian sengaja tak membatasi media ekspresinya agar apa yang dirasakannya bisa terungkap dengan cara yang paling tepat. Bali dipilih karena eksotika yang dirasakannya serta jalinan batin, sebab leluhur Dian pun pernah tinggal di pulau ini.

Buku keempat ini berbeda dengan buku sebelumnya yang merupakan kumpulan dari tulisannya di FB. Pada buku pertama berjudul empati dia banyak bicara tentang bagaimana ikut merasakan kesediaan orang lain. Buku kedua simpati tentang menggelola isu keberagaman di ruang publik. Pada buku ketiga Harmoni , dia banyak menulis tentang kehidupan keluarga besanya.

Penulis senior Putu Setia yang kini menjadi pendeta dengan nama Ida Pandhita Mpu Jaya Prema Ananda menyatakan bahwa buku ini unik. “Buku ini ditulis dengan bahasa hati bukan sekedar memberi informasi,” katanya dalam komennya mengenai buku ini.

Dian, menurutnya, telah berhasil menjadi jurnalis dengan pendekatan menulis ayaknya seorang sastrawan. “Ia menjadikan hal yang sepele menjadi layak untuk diketahui semu orang karena maknanya.

ROFIQI HASAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mustafa Silalahi

Mustafa Silalahi

Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini bergabung dengan Tempo sejak akhir 2005. Banyak menulis isu kriminal dan hukum, serta terlibat dalam sejumlah proyek investigasi. Meraih penghargaan Liputan Investigasi Adiwarta 2012, Adinegoro 2013, serta Liputan Investigasi Anti-Korupsi Jurnalistik Award 2016 dan 2017.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus