Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Cerita Consolata Boyle Desainer Enola Holmes Menyesuaikan Klasik dan Modern

Desainer kostum Consolata Boyle menceritakan proses kreatif pembuatan kostu Enola Holmes dan menyesuaikan dengan penonton masa kini

27 September 2020 | 10.00 WIB

Millie Bobby Brown dalam film Enola Holmes. Instagram.com/@milliebobbybown
Perbesar
Millie Bobby Brown dalam film Enola Holmes. Instagram.com/@milliebobbybown

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Selalu ada tekanan saat mengadaptasi cerita kuno untuk penonton baru terutama bagian kostum. Film Netflix yang baru-baru ini dirilis, Enola Holmes, menceritakan kisah adik perempuan Sherlock Holmes, seorang pemecah misteri dalam dirinya sendiri. Berlatar tahun 1884 di Inggris, Enola yang diperankan Millie Bobby Brown berangkat untuk mencari ibunya, Eudoria yang dipernakan Helena Bonham Carter, yang menghilang secara misterius. Dia melakukan berbagai penyamaran untuk mendapatkan akses ke dunia di sekitarnya dan untuk menghindari pengawasan yang cermat dari saudara-saudaranya, Sherlock diperankan oleh Henry Cavill) dan Mycroft diperankan oleh Sam Claflin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Perancang kostum veteran Consolata Boyle tidak terpengaruh oleh prospek untuk menciptakan kembali karakter yang dicintai tersebut. Bahkan, ia menganggapnya sebagai kesempatan untuk memodernisasi kisah tersebut, sekaligus membuatnya dapat diakses oleh pemirsa baru yang lebih muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Itu selalu ada di latar belakang, tapi saya ingin menemukan cara baru dalam memandang dan menyelidiki karakter Holmes," katanya seperti dilansir dari laman Town and Country. "Jadi saya sangat ingin menemukan jalan baru dan cara baru untuk merujuk [cerita asli]."

Boyle juga merasa nyaman dengan produksi tertentu dalam sejarah — dia sebelumnya juga mengatur kostum The Queen 2006 dan The Iron Lady 2011. Boyle melakukan penelitian sejarah sebelum syuting Enola Holmes. Dia ingin mengetahui periode latar film itu, menyelediki lebih lanjut dan menciptakan kembali sehingga relevan dan efektif untuk pemirsa saat ini.

“Karena film ini memiliki banyak fisik, banyak gerakan, banyak gerakan yang cukup keras untuk karakter Enola, yang hidup dengan kecerdasannya dan kuat dan tidak kenal takut dan fisik, semua [kostum] harus bergerak bersamanya, harus fleksibel. Meskipun ada banyak volume rok seperti yang seharusnya, Millie mampu menanganinya dengan baik dan tidak terintimidasi, dan menjadi brilian dengan kostumnya,” ujar Boyle yang mendengarkan masukan dari Millie Bobby Brown yang berperan sebagai produser film itu.

Boyle juga menceritakan bagaimana ia merencanakan kostum untuk mencerminkan narasi cerita. “Banyak dari kostumnya memiliki elemen penampilan, seperti menyamar sebagai anak laki-laki, sebagai tukang kebun, sebagai janda. Terutama, ketika dia mengenakan [merah] "powderpuff dress", yang saya pakai berdasarkan kostum teater pada masa itu. Ada unsur teater dalam warna merah yang saya gunakan — saya sangat menginginkan merah, sebagai warna keberanian. Dan kemudian di sekolahnya, sekolah kepribadian wanita, saya menggunakan denim, kain kontemporer, untuk membuat seragam mereka bertali lurus, gelap, dan represif,” ujarnya.

Hal yang sama juga berlaku untuk karakter ibu Enola, Eudoria dan kostumnya. Keduanya memiliki kesamaan, bahkan di awal adegan Enola terlihat memiliki pengaruh yang sangat kuat tentang ibunya dan dunia ibunya. “Enola — dia tidak berpakaian jujitsu seperti yang Anda duga. Kami sangat tertarik bahwa mereka benar-benar melakukan semua latihan ini dan latihan fisik ini pada apa yang mereka kenakan. Mereka tidak berubah untuk aktivitas tertentu. Ada ketidakstabilan dalam cara dia berpakaian, tapi jelas ada dalam adegan itu, hubungan antara ibu dan putrinya,” ujar desainer langganan Oscar ini.

Consolata Boyle menambahkan ada sekitar 30 kostum untu Enola. Beberapa di antaranya perlu diulang beberapa kali seperti gaun powderpuff merah. “Kami harus membuat banyak, banyak pengulangan, seperti yang bisa Anda bayangkan, karena itu perlu dibuat untuk semua adegan perkelahian dan jungkir-baliknya. Tapi, banyak kostumnya yang harus diulang karena fisik peran Millie,” ujarnya.

Gaun favoritnya adalah gaun yang dipakai Enola terakhir, ada begitu banyak janji dan dalam kesederhanaannya. Ini semacam membersihkan ruang untuk apa pun yang terjadi. “Bentuknya lingkaran penuh di mana bentuk gaun itu persis sama dengan gaun pertama yang kita lihat di Enola: gaun ketika ia naik  sepeda. Jadi, itu sangat penting bagi saya, bahwa ada semacam pembulatan. Tetapi juga, saya memilih kain itu — sutra dari gaun terakhir itu — karena, yang terpenting, tidak ada warna yang kuat di dalamnya. Jadi, ini memungkinkan segala sesuatu terjadi selanjutnya,” ujarnya.

Menurut Boyle, ketika Enola pergi dan menuju ke masa depan — masa depan yang tidak diketahui — tetapi dengan semua keberanian, semua yang dia pelajari, semua penemuan yang dia buat tentang dunia dan tentang dirinya sendiri. Meski ada tanda tanya yang bagus tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Ada unsur-unsur pengaruh ibunya, pengaruh kehidupan awalnya, pengaruh dari semua pelatihan fisik dan mental dengan ibunya, tetapi dia membawa bersamanya ke masa depan bahwa dia tidak sendiri. “Bahwa kita tidak sendiri, dan bahwa remaja dan remaja putri harus memiliki keberanian, keuletan, kecerdasan, dan kesenangan. Sangat penting bagi setiap orang untuk menyampaikan pesan itu,” ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus