Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Kehilangan Orang Terkasih? 5 Tahap Kesedihan yang Perlu Dilewati

Setiap orang merasakan kesedihan dengan cara yang berbeda-beda. Simak 5 tahap kesehatan yang perlu Anda lewati.

4 Maret 2020 | 08.00 WIB

Ilustrasi wanita sedih. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi wanita sedih. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang merasakan duka dengan cara yang berbeda-beda. Walau prosesnya adalah pengalaman yang sangat pribadi, sering ada kesamaan antara proses yang dialami oleh banyak orang. Teori yang dikembangkan oleh seorang psikiater Elisabeth Kübler-Ross memaparkan bahwa kita akan melalui stages of grief atau tahap kesedihan saat mengalami kehilangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hingga kini, banyak orang menggunakan teori stages of grief alias tahap kesedihan dari Kübler-Ross untuk mendeskripsikan perasaan orang yang tengah mengalami situasi kehilangan. Misalnya, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, berakhirnya suatu hubungan, dan terdiagnosis mengidap penyakit serius

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam buku 'On Death and Dying' yang ditulis setelah ia mengobservasi pasien-pasien yang menderita penyakit gawat, Kübler-Ross membagi tahap kesedihan itu dalam menjadi 5, yaitu:

1. Penyangkalan (denial)
Tahap pertama ini adalah reaksi yang amat normal. Penyangkalan sesungguhnya membantu Anda untuk meminimalkan rasa sakit dari situasi kehilangan yang tengah Anda hadapi. Anda mungkin akan berpikir, “Saya tidak percaya ini terjadi pada saya. Ini tidak mungkin terjadi dan hanya mimpi.”

Setelah Anda keluar dari tahap penyangkalan, emosi-emosi yang selama ini terkubur akan muncul. Meski sulit, ini merupakan bagian dari perjalanan kedukaan yang akan dilalui oleh siapapun.

2. Marah (anger)
Adalah hal yang wajar jika orang merasa marah setelah dihadapkan pada kehilangan. Anda berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru dan sedang mengalami kesedihan. Meluapkan itu semua dengan kemarahan mungkin terasa sebagai hal yang paling ‘benar’.

Anda mungkin marah pada orang yang telah meninggalkan Anda, pasangan Anda, atau mantan atasan Anda. Meski logika Anda mengatakan bahwa mereka tidak patut disalahkan, perasaan Anda yang terlalu intens membuat Anda menolak untuk berpikir secara rasional.

Setelah kemarahan mereda, Anda akan berpikir lebih rasional mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan merasakan emosi-emosi lain yang selama ini tersingkir oleh rasa marah.

3. Menawar (bargaining)
Kehilangan dan putus asa merupakan dua perasaan yang kerap berdampingan dalam stages of grief. Anda begitu berduka hingga bersedia melakukan apa saja untuk meredakan rasa sakit dan kembali mendapatkan kendali. Salah satunya dengan menawar.

Pada tahap kesedihan ini, Anda akan memikirkan kalimat-kalimat pengandaian dalam kepala. Contohnya, “Seandainya saja saya mencari pertolongan dokter lebih cepat”, “Andai saja saya tidak terlalu sibuk, mungkin pasangan saya tidak akan pergi”, dan sebagainya. Banyak orang juga melakukan tawar-menawar dengan Tuhan pada tahap ini agar mendapat kekuatan dari kedukaan dan rasa sakit.

4. Depresi (depression)
Selama proses berduka, ada saatnya emosi Anda mulai mereda dan kini Anda harus benar-benar melihat kenyataan yang terjadi. Pada tahap ini, Anda terpaksa menghadapi situasi sulit tersebut dan mengalami kesedihan serta kebingungan yang mendalam. Ada dua jenis depresi yang berhubungan dengan kedukaan, yakni reaksi praktis dan jenis yang lebih bersifat pribadi.

Reaksi praktis bisa muncul terhadap kehilangan yang terjadi. Mungkin Anda khawatir dengan kondisi finansial yang harus dihadapi, biaya pemakaman yang mesti dikeluarkan, atau cemas jika tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak yang hidupnya masih bergantung pada Anda.

Tipe depresi adalah jenis yang lebih pribadi. Anda mungkin menjauhi diri dari orang lain untuk dapat mengatasi duka tersebut. Namun bila Anda merasa sangat sedih, tidak berdaya, dan tidak dapat melewati tahap ini, bicarakan dengan orang-orang terdekat atau psikolog.

5. Penerimaan (acceptance)
Penerimaan ini bukan berarti Anda sudah benar-benar bahagia. Pada tahap ini, Anda akhirnya telah menerima kenyataan yang ada. Anda masih merasa sedih, namun Anda belajar untuk hidup dengan situasi kini.

Sebaai contoh, saat Anda telah menerima perpisahan atau perceraian yang terjadi, Anda akan berkata, 'Ini adalah pilihan yang terbaik untuk saya.' Atau ketika orang tercinta telah tiada, Anda pada akhirnya akan berpikir, “Saya merasa beruntung karena telah mengenal dan menghabiskan waktu dengannya bertahun-tahun, dan saya akan selalu mengenangnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus