Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kripik, dodol, yogurt, dan permen ternyata kawan bagi perempuan yang memasuki fase menopause. Diam-diam cemilan yang berasal dari kacang tokbi, kedelai lokal, dan kulit bengkuang itu menyimpan genistein dan daidzein, dua senyawa yang amat berpotensi menggantikan hormon estrogen yang menipis di masa menopause.
Profesor Hidayat, Ketua Perkumpulan Menopause Indonesia cabang Malang, pekan lalu mengemukakan hal itu dalam sebuah Seminar Menopause Asia-Pasifik di Malang. Dengan cara ini gangguan emosi, sakit kepala, mudah lupa, kulit mengering, dan tulang keropos akibat menipisnya produksi hormon estrogen yang menyertai menopause bisa ditekan dengan ongkos yang lebih murah. Selama ini terapi hormon berbentuk pil, krim, atau koyo lebih dikenal.
Terapi hormon berbentuk sulih makanan ini memang khas Asia. Menurut Hidayat, pola makan masyarakat Asia sangat mendukung jenis terapi yang satu ini. Bukan apa-apa, makanan Asia yang kaya serat dan rendah lemak amat menolong kaum wanita yang diserang gejala di atas. Menurut Hidayat, terapi ini sudah diuji secara klinis dan sekarang dalam proses mendapatkan hak paten dari Departemen Kesehatan. Toh, ini lebih irit dan menyenangkan. "Bisa ngemil di mana dan kapan saja," kata Hidayat.
Dwi Arjanto dan Hadriani Pudjiarti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo