Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) Sewon, Bantul, DI Yogyakarta menggelar “Nikah Bareng Mbalek Ndeso) dalam momentum Hari Kebangkitan Nasional di Gedung Beruntung Jalannya, Geneng, Bantul, pada Kamis, 15 Mei 2025. Dalam acara pernikahan bersama gratis tersebut, pihak penyelenggara mengangkat tema pedesaan yang menggambarkan suasana tradisional khas Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Fortais Indonesia dan Nikah Bareng Nasional Ryan Budi Nuryanto mengatakan bahwa alasan dibalik pemilihan tema pedesaan didasari oleh keinginan untuk menggambarkan kehangatan dan nuansa alam yang dapat ditemui di desa dalam kegiatan pernikahan para pengantin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pernikahan harus prasojo, apa adanya. Itu ada di desa yang penuh kehangatan serta gotong royong dengan nuansa alam yang luar biasa,” kata Ryan kepada Tempo pada Jumat, 16 Mei 2025.
Dalam mempersiapkan prosesi pernikahan, para penyelenggara yang dibantu masyarakat membangun gedung dapur untuk patehan. Penyelenggara kegiatan “Nikah Bareng Mbalek Ndeso” memanfaatkan bambu petung yang diperoleh langsung dari alam pedesaan untuk mendukung terselenggaranya acara pernikahan bersama.
“Indonesia sangat kaya akan bambu yang penuh makna dan berguna di setiap aspek kehidupan kita,” kata Ryan.
Ryan mengatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan “Nikah Bareng Mbalek Ndeso” tidak lepas dari kontribusi aktif masyarakat Desa Geneng. Masyarakat, kata Ryan, dengan sukarela membantu mendukung pelaksanaan “Nikah Bareng Mbalek Ndeso” dari awal hingga akhir, baik material maupun nonmaterial sebagai bentuk sedekah kepada generasi muda yang ingin membangun rumah tangga.
“Masyarakat mendukung dari pagi hingga pagi lagi karena ingin berbagi kebahagiaan dengan para pengantin yang tidak tahu dari mana saja. Dari dapur hingga hiburan, mereka sangat support dan itu tidak ternilai,” katanya.
Kegiatan “Nikah Bareng Mbalek Ndeso” berhasil menggelar prosesi akad nikah dari 6 pasangan pengantin yang berasal dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Awalnya, para pendaftar pernikahan gratis tersebut cukup banyak, namun hanya pasangan yang memenuhi persyaratan administrasi nikah saja yang akhirnya mendapat kesempatan untuk menjalani pernikahan.
Proses ijab kabul berlangsung menarik karena dilakukan di tengah-tengah pagelaran wayang cekak oleh dalang cilik Ki Lanang Bejo Lakune dengan iringan karawitan. Pagelaran wayang dan karawitan mengandung filosofi bahwa pernikahan para pengantin akan mengarungi kehidupan yang panjang, layaknya alunan gending Jawa yang sarat akan makna untuk menggapai kehidupan pernikahan yang sejahtera.
Pelaksanaan “Nikah Bareng” mendapat banyak sorotan di media sosial sehingga selalu dinantikan. Saat ini, para peminat kegiatan tersebut merupakan generasi Milenial dan generasi Z yang sedang berada dalam usia yang tepat untuk memulai hubungan rumah tangga. Ryan berharap bahwa adanya kegiatan nikah bareng tersebut dapat membantu meringankan beban masyarakat untuk menggelar acara pernikahan sembari mengangkat nilai-nilai kebudayaan.
“Dengan konsep jadul yang prasojo ini (apa adanya), diharapkan dapat meringankan beban masyarakat untuk menggelar pernikahan yang sarat dengan budaya adiluhung,” ujar Ryan.
Ryan berpesan untuk selalu memikirkan generasi ini dengan membantu proses para pasangan yang terkendala untuk menikah. “Kebahagiaan mereka adalah masa depan Indonesia.”