Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menampilkan informasi gizi dalam kemasan setiap makanan dan minuman menjadi langkah yang bisa mengubah pola pembelian dan konsumsi serta diharapkan bisa menurunkan obesitas. Sebuah studi mendukung pendekatan lain yang lebih efektif terkait pelabelan, yakni menampilkan simbol tertentu yang menunjukkan berapa banyak aktivitas fisik untuk mengimbangi konsumsi produk terkait.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Misalnya, minuman bersoda dengan kandungan 138 kalori, dapat disertakan simbol kecil yang menunjukkan bahwa konsumen membutuhkan 26 menit berjalan atau 13 menit berlari untuk membakar kalori minuman yang telah dikonsumsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Amanda Daley dari Universitas Loughborough di Inggris melakukan penelitian dan menyatakan pendekatan ini menempatkan kalori dalam konteks yang sesuai dan dapat membantu orang menghindari makanan berlebihan. Daley dan tim peneliti juga menyarankan produsen makanan melakukan hal ini dan membuat produk dengan kalori yang lebih rendah.
“Kami pikir ada sinyal yang jelas bahwa hal ini mungkin berguna. Kami tidak mengatakan untuk menyingkirkan sistem pelabelan informasi gizi yang ada saat ini. Pelabelan simbol aktivitas ini bisa ditambahkan ke dalamnya,” katanya seperti dikutip The Guardian.
Dia melanjutkan pendekatan sederhana ini juga relevan dan penting karena diperkirakan konsumen hanya membutuhkan waktu sekitar 6 detik untuk melihat makanan sebelum memutuskan apakah mereka akan membelinya atau tidak.
“Dalam waktu tersebut, kita harus memiliki sesuatu yang dapat dipahami dengan mudah dan masuk akal tanpa harus memiliki gelar PhD matematika untuk mengetahui apa yang ada dalam sepotong pizza,” ujarnya.
Hal ini menjadi lebih mudah untuk memberitahu kebanyakan konsumen bahwa kalori tertentu membutuhkan aktivitas dalam jumlah waktu tertentu daripada hanya menampilkan informasi kalorinya saja.
Sementara itu, Deputy Chief Executive Royal Society for Public Health, Duncan Stephenson, menyambut baik hasil penelitian ini. Menurutnya, pelabelan dengan tanda aktivitas fisik yang harus dilakukan itu membuat konsumen berpikir dua kali untuk membeli produk dan memotivasi mereka untuk berolahraga.
Namun demikian, dia menganjurkan perlu dilakukan studi lanjutan dengan pengimplementasian sistem pelabelan baru untuk menguji dampak nyatanya dalam kehidupan masyarakat, apakah hal tersebut memang dapat membantu mengurangi krisis diabetes yang terjadi atau tidak.
Stacey Lockyer dari British Nutrition Foundation juga menyatakan pendekatan yang dapat mengurangi asupan kalori harian sangat patut dipertimbangkan. Pasalnya, rata-rata orang dewasa saat ini mengonsumsi kalori per hari lebih dari jumlah yang direkomendasikan, yakni pada angka 195 kalori. Bahkan, orang yang obesitas mengonsumsi lebih banyak lagi, sekitar 320 kalori per hari.