Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Penjelasan Ilmiah Mengapa Kecemasan Bisa Mempengaruhi Imunitas Tubuh

Di masa pandemi seperti sekarang kita kerap diajak untuk tetap menjaga pikiran positif. Kecemasan, katanya, bisa menurunkan imunitas. Benarkah?

6 Juli 2021 | 15.58 WIB

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Perbesar
Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, banyak sekali nasehat atau anjuran yang mengajak agar tidak cemas, jangan stress, menjaga pikiran tetap positif. Mereka, kawan-kawan di grup WA itu kerap mengatakan bahwa kecemasan bisa menurunkan imunitas. Benarkah kecemasan bisa menurunkan imunitas?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kecemasan mungkin merupakan masalah yang mengganggu emosional, tetapi bukan berarti tanpa konsekuensi terhadap fisik. Beberapa masalah terhadap emosional seperti kecemasan, kepanika, stres, serta depresi. Lantas, apakah masalah tersebut dapat mengganggu imunitas tubuh?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sistem kekebalan merupakan kumpulan miliaran sel yang berjalan melalui aliran darah. Sel-sel tersebut bergerak masuk dan ke luar dari jaringan serta organ, mempertahankan tubuh terhadap benda asing seperti bakteri, virus dan sel kanker. Sistem kekebalan sebagai mekanisme pertahanan yang kuat untuk menjaga agar tetap aman dari bakteri dan virus.

Setiap kali Anda menelan kuman atau bakteri, sistem kekebalan tubuh yang akan menghancurkannya dengan cepat. Kecemasan memiliki hubungan yang rumit dengan sistem kekebalan tubuh. Telah ada beberapa bukti yang menyebutkan bahwa terlalu banyak kecemasan dapat melemahkan sistem kekebalan Anda.

Fakta menyebutkan bahwa stres jangka pendek dapat membantu manusia. Misalnya ledakan ketegangan atau kecemasan yang singkat dan intens yang dirasakan sebelum mengikuti tes atau wawancara kerja. Stres yang baik seperti ini bermanfaat karena dapat memberikan dorongan energi atau kewaspadaan ekstra untuk sementara. Namun akhirnya, dapat meningkatkan kinerja.

Akan tetapi, terlalu banyak stres dapat berbahaya bagi tubuh. Kecemasan dapat dicirikan sebagai jenis stres jangka panjang. Ketika otak merasakan ancaman, maka respons melawan atau lari akan diaktifkan. Mengutip laman Institue for Healthy Living, proses ini kemudian dikoordinasikan oleh sistem saraf simpatik untuk meningkatkan peluang bertahan hidup dalam situasi berbahaya. Caranya dengan mengambil sumber daya dari fungsi prioritas yang lebih rendah seperti kekebalan dan pencernaan. Setelah itu, menyalurkan sumber daya untuk melawan atau lari.

Respon tersebut melibatkan pelepasan hormon stres seperti kortisol dan norepinefrin dalam jumlah besar di seluruh tubuh. Semua jenis kecemasan dapat menyebabkan hormon stres ini dilepaskan.

Kehadiran hormon stres dan perubahan fungsi tubuh akibat kecemasan dapat menyebabkan berbagai perubahan fisiologis. Misalnya penurunan fungsi kekebalan dan meningkatkan peradangan. Masih dari Institue for Healthy Living, sekitar 80 persen penyakit disebabkan atau dapat diperburuk oleh stres.

Ketika cemas, panik, stress, khawatir, serta depresi dibiarkan tak terkendali, maka dapat mengurangi efektivitas sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, Anda akan jauh lebih rentan untuk jatuh sakit. Psychology Today menyebutkan bahwa apabila sistem kekebalan terganggu, maka akan lebih mungkin untuk tertular dan menularkan virus yang beredar dan menularkannya ke orang-orang di sekitar.

Kesimpulannya, kesehatan emosional atau mental dapat berpengaruh terhadap imunitas atau kekebalan tuhu. Baik panik, kecemasan, stres, dan depresi dapat menurunkan imunitas.

ANNISA FEBIOLA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus