Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Pola Makan Tak Sehat Tingkatkan Risiko Penyakit Tidak Menular

Pakar gizi menjelaskan perencanaan pola makan yang tepat dapat mencegah peningkatan prevalensi penyakit tidak menular.

15 Agustus 2019 | 09.48 WIB

ilustrasi makanan bersantan (pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi makanan bersantan (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Hati-hati, pola makan yang tidak tepat dan sehat aka meningkatkan risiko penyakit tidak menular. Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Profesor Delmi Sulastri menjelaskan perencanaan pola makan yang tepat dapat mencegah peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Tanah Air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian global saat ini dan hasil riset kesehatan dasar 2018 menunjukan terjadi kenaikan prevalensi dalam lima tahun terakhir," kata Delmi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, perencanaan pola makan yang tepat merupakan salah satu hal penting demi menjaga tubuh tetap sehat, mencegah terserang penyakit tidak menular seperti kanker, stroke, ginjal, diabetes melitus, dan hipertensi.

"Pola makan yang baik adalah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tubuh baik jumlah, porsi dan variasi, frekuensi, serta faktor genetik seseorang," katanya.

Ia memaparkan saat ini telah berkembang ilmu baru yang mengaitkan diet dengan gen DNA yang mengatur fungsi tubuh. Ilmu itu disebut genomik nutrisional yang mempelajari respon gen terhadap makanan yang dimakan, bertujuan mengetahui secara dini perubahan yang terjadi pada tubuh setelah makanan masuk.

Delmi mengatakan respon tubuh manusia terhadap makanan yang dikonsumsi tidak selalu sama karena adanya perbedaan bentuk fisik, gen, dan metabolisme yang terjadi. Oleh sebab itu, konsumsi makanan yang didasarkan kebutuhan masing-masing dapat digunakan mencegah serta menyembuhkan berbagai penyakit kronis.

Ia memberi contoh di Sumatera Barat, masyarakat mempunyai pola makan khas yaitu tinggi lemak dengan rendah buah dan sayur. Pola makan seperti ini diduga sebagai faktor lingkungan yang dapat mempercepat terjadi hipertensi dan dengan diet tinggi lemak dapat menekan sintesis nitrogren monoksida. Lebih lanjut ia menyampaikan diet tinggi lemak akan menyebabkan peningkatan asam lemak darah yang dapat menyebabkan hambatan terhadap ekspresi gen insulin.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus