Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tato merupakan ekspresi seni disukai sebagian orang, biasanya tato akan digambar dipermukaan kulit dengan menggunakan tinta khusus dengan media jarum suntik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Keberadaan tato masih kerap mendapatkan pandangan miring di lingkungan sosial. Terlebih masih ada beberapa mitos yang dikaitkan dengan tato, salah satunya mereka yang merajah tubuhnya tidak dapat mendonorkan darah.
Menurut panduan World Health Organization (WHO), seperti dikutip dari laman resminya, Selasa, 20 Juli 2021, orang bertato bisa mendonorkan darahnya hanya saja harus menunggu hingga 6 bulan pascapembuatan. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit melalui darah seperti hepatitis B, hepatitis C sampai HIV. Ini semua dikaitkan dari prosedur pembuatan tato yang melibatkan jarum yang dikhawatirkan belum tentu terjaga kesterilannya.
Bukan hanya orang yang memiliki tato saja mesti menunggu untuk dapat donor darah. Orang yang baru membuat tindik juga harus menunggu sampai 12 jam pasca tindakan, begitu pula kunjungan ke dokter gigi yang harus tunggu hingga 24 jam.
Sementara itu, merujuk Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, mereka yang baru membuat tato atau ditindik bisa menunggu lebih cepat, yakni hanya 4 bulan, jika memiliki hasil pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C negatif.
Dengan stok darah di PMI yang terbatas dan banyaknya orang membutuhkan darah setiap harinya, sebaiknya hindari membuat tato agar bisa rutin tiga bulan sekali mendonorkan darah.
TIKA AYU
Baca juga: