Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah zoom fatigue kerap ditemui di media sosial akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, zoom fatigue merupakan gejala yang sering dialami oleh banyak orang karena bekerja secara daring terus-menerus. Realitas bekerja daring memang sangat erat dengan kondisi pandemi saat ini. Lantas, apa sebenarnya zoom fatigue itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zoom fatigue ternyata merupakan kondisi yang umum oleh dialami banyak orang. Dilansir dari healthline.com, zoom fatigue merupakan kondisi ketika seseorang merasa kelelahan berlebih setelah melakukan video call atau pertemuan daring. Zoom fatigue memang bukan diagnosis yang sifatnya formal. Namun, rasa lelah yang ditimbulkan karena mengikuti zoom meeting memang nyata adanya. Rasa lelah tersebut biasanya terasa seperti rasa lelah pada umumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi lelah ini mungkin terlihat seperti semacam paradox. Sebab, pertemuan yang sifatnya virtual seharusnya mengeluarkan tenaga yang lebih sedikit. Namun, zoom fatigue dapat terjadi karena beban kognitif yang lebih banyak. Selain itu, sebagaimana dikutip dari news.stanford.edu, ada empat penyebab terjadinya zoom fatigue:
Tingginya intensitas kontak mata selama zoom meeting
Tidak bisa dipungkiri bahwa pertemuan daring mengharuskan orang-orang untuk melakukan kontak mata dalam intensitas yang lebih tinggi. Kontak mata dalam intensitas tinggi ini memicu terjadinya stres. Sebagaimana dikutip dari beberapa penelitian, ketika seseorang berbicara dan orang-orang lain menatapnya, sebagaimana terjadi dalam pertemuan daring, tingkat stres cenderung meningkat. Hal tersebut pun membuat rasa lelah cenderung meningkat.
Zoom meeting memungkinkan penggunanya untuk melihat diri sendiri
Fitur kamera dalam pertemuan daring membuat penggunanya mampu melihat diri sendiri ketika pertemuan daring berlangsung. Menurut beberapa penelitian, melihat bayangan diri sendiri ketika sedang beraktivitas, seperti berbicara, membuat keputusan, atau bahkan bergerak sekecil apapun, membuat kita lebih kritis terhadap penampilan. Akibatnya, banyak tenaga yang terbuang karena berusaha terlihat bagus di depan kamera.
Zoom meeting mengurangi mobilitas secara drastis
Kondisi yang selalu tersorot kamera membuat mobilitas jadi terasa terbatas. Padahal, menurut berbagai penelitian, dengan melakukan berbagai mobilitas kecil, fungsi kognitif dapat berjalan secara lebih efisien dan minim tenaga. Karena itu, dengan berkurangnya mobilitas selama zoom meeting, rasa lelah pun menjadi muncul.
Beban kognitif saat zoom meeting lebih besar
Interaksi yang terjadi secara langsung antara satu orang dengan orang lain merupakan hal yang umum dilakukan. Namun, interaksi secara daring merupakan sesuatu hal bari yang bisa menyebabkan zoom fatigue. Kehadiran interaksi daring tidak semata-mata membuat interaksi menjadi mudah. Interaksi daring justru menuntut pelaku interaksi untuk mengeluarkan tenaga lebih guna menyampaikan dan menerima informasi yang diinginkan. Hal tersebut pun membuat zoom fatigue terjadi.
BANGKIT ADHI WIGUNA