Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

VIDEO: Batu Akik 'Darah Kristus' Moncer hingga Prancis  

Purbalingga punya batu akik khas yang warnanya menyerupai darah Kristus di relief Yerba Buena, Argentina.

29 April 2015 | 19.21 WIB

Relief Yesus Kristus mengucurkan darah di Yerba Buena, Argentina. dailymail.co.uk
Perbesar
Relief Yesus Kristus mengucurkan darah di Yerba Buena, Argentina. dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo


TEMPO.CO, Purbalingga - Pemerintah Kabupaten Purbalingga mewajibkan pegawainya menggunakan batu akik dari Sungai Klawing, Purbalingga. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Purbalingga Nur Hamam mengatakan perintah itu bertujuan memperkenalkan batu akik khas Purbalingga yang populer disebut sebagai Batu Darah Kristus atau Nogo Sui.

Nogo Sui berasal dari Sungai Klawing. Batu yang juga disebut dengan Le Sang du Christ itu adalah salah satu batu akik buruan kolektor. Harga sebutirnya seratus ribu hingga ratusan juta rupiah, bergantung pada motif batuan.

Sujatmiko, ahli batu mulia dan dosen tamu Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu, 14 Februari 2015, menceritakan kisah unik tentang Batu Darah Kristus. "Awalnya saya tidak percaya ada batu jasper Darah kristus di sini," kata Sujatmiko.

Sujatmiko mengaku sudah 17 tahun mendengar ada batu mulia di Sungai Klawing. Namanya pun moncer hingga Prancis. Pernah suatu ketika ia didatangi turis Prancis yang sedang mencari Batu Darah kristus. "Orang Prancis itu mencari batu berwarna hijau dengan bercak merah yang ia sebut heliotrop atau Le Sang du Christ," katanya.

Batu ini disebut heliotrop bukan tanpa sebab. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yakni "helios" yang berarti matahari dan "tropos" yang artinya berputar. Sebutan ini dipakai karena batu ini juga pernah dipakai sebagai alat untuk mengamati gerakan matahari.

Menurut cerita si turis, kata Sujatmiko, batu tersebut akan dipakai untuk membuat batu cincin dengan ukiran cap kebangsawanan di atasnya. Ayah turis itu pernah mendapatkan batu tersebut di Jakarta seusai Perang Dunia II. Keturunannya menginginkan cincin yang sejenis sebagai tanda kebangsawanan. "Waktu itu saya tak punya batu yang dicari turis itu," katanya.

Ia baru menemukan Le Sang du Christ di Sungai Klawing pada 2009 ketika membimbing mahasiswanya dalam kuliah lapangan di kali itu. 

Ada kepercayaan bahwa orang yang memakai batu tersebut akan memiliki kekuatan magis. Batu itu juga bisa menstimulasi kekuatan fisik, ketabahan, dan keseimbangan.

Video bisa dilihat di sini: "Batu Akik Darah Kristus, Dari Sungai Hingga Jari PNS"

Videografer: ARIS ANDRIANTO
Editor: RYAN MAULANA
Musik ilustrasi: "Travelling Theme full mix", JewelBeat

TIM TEMPO


 


 


 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yosep Suprayogi

Yosep Suprayogi

Alumnus jurusan Biologi IPB University. Memulai karier wartawan di harian Republika lalu bergabung dengan Tempo pada 2001 dan pensiun pada 2024

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus