Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Virus Dalam Gaya Italia

Virus syncytial yang sulit diberantas, menyerang warga Napoli, kota pelabuhan Italia bagian selatan. Penyebabnya adalah kemiskinan, kekurangan gizi & tempat tinggal yang padat. (ksh)

24 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GIUSEPPINA Barone, seorang ibu muda, dipersilakan ke ruang tunggu RS Santobono. Di situ melalui sirkuit dekat televisi ia menyaksikan puterinya, Sara, yang berusia 12 bulan sedang tak sadar diri dalam suatu ICU, tempat perawatan intensif. Para dokter melakukan berbagai cara, antara lain dengan memutar tape yang berisi suara Ny. Barone sedang memanggil lembut: Sara, Sara . . . Ke telinga si anak dilekatkan alat pendengar guna merangsang reaksinya. Banyak orangtua lainnya di Napoli bernasib seperti Ny. Barone yang diberi kesempatan oleh RS Santobono melongok ke ICU via layar televisi tadi. Dan anak mereka masing-masing mati secara perlahan karena penyakit yang tak diketahui bagaimana menyembuhkannya. Napoli, kota pelabuhan Italia bagian selatan itu, cuma mengenalnya sebagai "Penyakit Gelap" yang bagaikan wabah. Tekanan WHO Penyakit itu -- apa pun namanya-berjangkit sejak tahun lalu. Angka kematian, yang mencapai 66 pekan lalu, telah melonjak bersama dinginnya cuaca. Sampai akhir Januari para dokter di Napoli mengira penyakit itu mungkin disebabkan oleh vaksinasi tetanus yang kurang baik, suatu bakteri aneh atau sekedar virus flu biasa. Mereka tadinya mencoba menangani sendiri. Tapi jumlah penderita meningkat terus, dan akhirnya bukan saja nasehat dan bantuan Roma, melainkan juga para ahli dari luar Italia didatangkan ke Napoli. Bila terkena wabah itu, si bayi menderita panas sekali, pernapasan terganggu dan kejang. Dr Giulio Tarro yang mengepalai bagian virologi di RS Cotugno di Napoli, demikian UPI, menyalahkan cara rekan-rekan seprofesinya dalam memberikan diagnosa selama ini. Tarro, salah seorang ahli virus di Italia yang terkenal, mengaku bahwa dia baru belakangan ini diminta menelitinya. Namun dia berpendapat bahwa apa yang membunuh bayi-bayi itu adalah semacam syncytial virus. Walaupun yakin akan diagnosnya, Tarro pun masih belum menemukan apa yang bisa menyembuhkan infeksi virus itu, yang biasanya memukul pada musim dingin. Bayi di bawah usia setahun terutama sekali gampang terkena, katanya. Dicelanya sikap para pejabat Italia yang tadinya enggan mengundang bantuan luar ketika bahaya virus itu diketahui. Usaha mendatangkan para ahli luar negeri rupanya kemudian dilakukan setelah ada tekanan melalui WHO (Organisasi Kesehatan Sedunia) di Jenewa. Antara lain tiba para ahli virus dan epidemi dari Amerika (Bethesda-Maryland dan Atlanta), Inggeris, Perancis dan Yugoslavia. Di Bethesda itu sudah dikembangkan suatu vaksin untuk melawan syncytial virus tapi masih dalam tahap percobaan binatang. Kalau begitu, demikian Dr Adolfo Ruggiero, kepala ICU di RS Santobono, "penyakit ini tak akan segera lenyap. Mungkin ia berkurang setapak demi setapak bulan depan, dan kita tak akan terlepas dari gangguannya sampai cuaca hangat kembali." Memang demikian pengalaman di Inggeris, terutama di bagian timur laut negeri itu. Virus itu yang pernah berulang tiba di Inggeris sejak musim dingin 1971 telah menghilang hanya dengan tibanya musim semi Karena Miskin Tapi kasus di Napoli itu bukan hanya karena virus. Suatu kesimpulan tim WHO pekan lalu menyebut penyakit itu juga disebabkan oleh kemiskinan, kekurangan gizi dan tempat tinggal yang padat di Napoli. Tingkat kematian bayi di Napoli memang terbilang yang tertinggi di scluruh Eropa Barat. Para orangtua setempat, yang tidak berpendidikan, sering terlalu lambat membawa anak-anak mereka ke rumahsakit. "Sekali jatuh pingsan, maka sedikit sekali kesempatan menyelamatkan anak-anak itu," kata Dr Marguerita Pereira dari London, anggota tim WHO tadi. Tapi bagaimana orang miskin bisa cepat mendapat perawatan medis? Para dokter di sana rupanya segan -- bila dipanggil untuk pergi ke rumah pasien biasa. Ambulans RS tidak pula mencukupi jumlahnya. Namun Depkes di Roma berjanji akan mengerahkan sejumlah ambulans tentara. Jika perlu, kata Menkes Tina Anselmi pula, "pemerintah akan memakai dokter-dokter tentara dalam melawan penyakit ini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus