Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

47 Tahun Monas Dibuka untuk Umum, Emas di Puncak dari Pengusaha Aceh Teuku Markam

Monas sudah 47 tahun dibuka untuk umum, mengenang kembali 3 arsitektur putra Indonesia dan emas puncaknya sumbangan pengusaha Aceh, Teuku Markam.

14 Juli 2022 | 19.09 WIB

Angkutan delman beristirahat di luar area Kawasan Monas di depan gerbang pintu masuk Monas, Jakarta Pusat, Jumat, 25 Desember 2020. Selain Monas, Taman Margasatwa Ragunan juga ditutup saat Hari Natal dan Tahun Baru. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Angkutan delman beristirahat di luar area Kawasan Monas di depan gerbang pintu masuk Monas, Jakarta Pusat, Jumat, 25 Desember 2020. Selain Monas, Taman Margasatwa Ragunan juga ditutup saat Hari Natal dan Tahun Baru. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Monumen Nasional (Monas) yang merupakan tugu ikonik di Kota DKI Jakarta yang berada tepat di depan Istana Merdeka, selama 47 tahun resmi dibuka untuk umum, tepatnya pada 12 Juli 1975

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tujuan pembangunan Monas ini untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945. Selain itu Monas juga diharapkan menjadi sarana untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari bisnis.com, Monas sudah dimulai pembangunannya pada Agustus 1959 atas arahan Presiden pertama Indonesia, Soekarno menyusul pengakuan kedaulatan RI oleh pemerintah Belanda. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh arsitektur asal Indonesia yakni Soedarsono, Friedrich Silaban dan Ir Rooseno. 

Awalnya, beberapa hari setelah peringatan HUT kemerdekaan Indonesia yang ke-9, dibentuk panitia yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas. Panitia ini dipimpin Sarwoko Martokusumo, S Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota yaitu Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.

Pembangunan tugu ikonik ini melewati tiga tahap. Tahapan pertama (1961-1965) pengerjaannya diawasi panitia dan biayanya bersumber dari sumbangan masyarakat.

Tahapan kedua (1966-1968) masih diawasi oleh panitia namun pembangunannya bersumber dari anggaran Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekertariat Negara RI. Kelesuan melanda ditahap ini sebab keterbatasan biaya.

Tahap ketiga (1969-1976) pengerjaan Monas diawasi Panitia Pembina Tugu Nasional. Biaya yang digunakan pada tahap ini bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).

Pada 12 Juli 1975 Presiden Soeharto meresmikan Monas dan dibuka untuk umum. Bangunan setinggi 132 meter ini tampak mencolok dengan ornamen lidah api emas di puncaknya. Bagian ini berdiameter 6 meter dan tersebut dari perunggu seberat 14,5 ton yang dilapisi emas 35 kilogram. Emas ini merupakan sumbangan pengusaha Aceh, Teuku Markam.

Sejak diresmikannya, Monas menjadi tugu kebanggaan Indonesia. Sejak itu pula Monas menjadi pusat wisata dan pusat pendidikan bagi masyarakat, baik warga Jakarta maupun dari luar kota.

ANNISA FIRDAUSI 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus