Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Begini Asal Mula Pendirian SLB Nike Ardilla  

Sejumlah artis sahabat Nike Ardilla menggalang dana untuk membantu para lulusan Sekolah Luar Biasa Wawasan Nusantara.

9 April 2015 | 18.54 WIB

Band Abrakadabra tampil di atas panggung mengenang 20 tahun meninggalnya penyanyi Nike Ardilla di Rollingstone Cafe, Jakarta, 08 April 2015. Nike tewas pada 19 Maret 1995 ketika mobil Honda Civic yang dikendarainya menghantam beton di jalan RE Martadinata
Perbesar
Band Abrakadabra tampil di atas panggung mengenang 20 tahun meninggalnya penyanyi Nike Ardilla di Rollingstone Cafe, Jakarta, 08 April 2015. Nike tewas pada 19 Maret 1995 ketika mobil Honda Civic yang dikendarainya menghantam beton di jalan RE Martadinata

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah artis sahabat Nike Ardilla menggalang dana untuk membantu para lulusan Sekolah Luar Biasa Wawasan Nusantara, yang didirikan Nike. Acara bertajuk Malam Amal 20 Tahun Nike Ardilla tersebut digelar di Roling Stone Cafe, Jakarta Selatan, pada Rabu, 8 April 2015.

Nike Ardilla lahir pada 27 Desember 1975 dan mengalami kecelakaan nahas saat kariernya tengah menanjak. Nike tewas pada 19 Maret 1995 ketika mobil yang dikendarainya menghantam beton di Jalan RE. Martadinata, Bandung. Setiap tahun, para penggemar Nike memperingati wafatnya sang idola.

Nike Ardilla bukan hanya terkenal sebagai lady rocker, tapi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Di masa jayanya, Nike mendirikan sekolah luar biasa (SLB). Sampai saat ini pun sekolah tersebut masih aktif.

Bagaimana awal mula Nike membangun sekolah tersebut? Nike mendapatkan ide membentuk sekolah tersebut karena miris melihat kondisi anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental.

Karena itulah Nike akhirnya membujuk ayahnya untuk membangun sebuah sekolah. "Pa, kenapa kita tidak membangun gedung SLB saja?" kata Nike dalam majalah Tempo edisi 1992.

Setelah berhasil membujuk ayahnya, Nike membangun sekolah tersebut pada 1992 di dekat rumahnya di Parakan Saat, Bandung. Ia mengeluarkan dana sebesar Rp 30 juta untuk membeli tanah 160 meter persegi dan membangun sekolah dua lantai. Harga dolar saat itu sekitar Rp 2.000, jadi nilai sumbangan Nike itu kini sekitar Rp 200 juta.

RINA ATMASARI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus