Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Begini Cara Hemat Jelajahi Singapura Ala Backpacker

Singapura salah satu destinasi wisata yang paling diminati warga Indonesia. Mahalnya biaya wisata di Singapura dapat disiasati dengan backpacker.

25 November 2019 | 11.38 WIB

Aditya Habibie berbagi tips pelesiran murah ala backpacker di Singapura. Foto: Aditya Habibie
Perbesar
Aditya Habibie berbagi tips pelesiran murah ala backpacker di Singapura. Foto: Aditya Habibie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Aditya Habibie, karyawan swasta yang gemar pelesiran dengan gaya backpacker, mengunggah kiatnya berwisata murah di Singapura, “Jurus hematnya adalah dengan jalan kaki, naik transportasi umum, dan bawa botol minum sendiri,”” ujarnya dalam unggahan di grup Facebook, Backpacker International.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dalam dua hari semalam – di luar ongkos tiket pesawat pp Indonesia-Singapura – ia hanya menghabiskan biaya transportasi SG$ 16,90 sekitar Rp160.000 dan makan SG$17,50 atau sekitar Rp170.000. Ia pun menginap di hotel budget yang ada di sekitar Little India untuk menekan biaya akomodasi. Lalu dalam semalam dua hari, apa saja yang ia dapatkan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari Pertama

Tiba di Singapura sekira pukul 12.00 waktu Singapura. Melalui pintu imigrasi ia mendapati banyak wisatawan yang digandeng menuju ruang interogasi, “Mereka umumnya menggunakan satu nama saja, jadi perlu diverifikasi datanya, apakah buronan atau buruan Interpol,” ujarnya.

Selepas dari imigrasi, pilihannya menurut Aditya, langsung menuju stasiun Mass Rapid Transportation (MRT), atau bersantai menikmati Bandara Changi Jewel -- yang memiliki air terjun buatan dalam ruang, tertinggi di dunia dan tempat untuk bersantai.

Setiba di Stasiun MRT Bandara Changi, Aditya membeli tiket single journey seharga SG$2,40 sekitar Rp25.000. Tiket ini bisa di-top up hingga enam kali penggunaan. Setiap perjalanan, biayanya dipotong  0,10 sen, “Saya memilih hotel di sekitar Little India,” ujar Aditya.

Di wilayah itu banyak terdapat hotel budget hingga hostel. Begitu memasuki kamar langsung menaruh tas, cuci muka, dan menyiapkan botol minuman. Usai mengisi ulang air di hotel, Aditya siap berpetualang.

Bangunan berwarna-warni di Serangoon Road kawasan Little India, Singapura. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Jalan kaki menjadi pilihan utama backpacker. Dari Little India, ia melintasi Haji Lane, Arab Street, Masjid Sultan, Chijmes (tempat syuting Crazy Rich Asian), St. Andrew Cathedral dan ngadem di Bugis Junction, “Backpacker-an itu jangan malas jalan, anggaran minim jangan berharap kenyamanan dan kemewahan,” ujarnya.

Sesampai di hotel masih sore, aktivitas selanjutnya rebahan lalu mandi. Untuk makan, ia memilih Resto ABC Biryani. Nasi biryani porsi jumbo, hanya SG$6,0 atau sekitar Rp60.000, “Bisa dimakan dua kali, disimpan sebagian untuk makan malam,” ujarnya.

Menjelang senja, ia melangkahkan kaki ke Orchard Road dengan MRT, selanjutnya blusukan di Somerset. Menurut Aditya, Somerset sangat strategis, “Stasiun di Somerset terhubung dengan mal, jadi bisa ngadem,” ujarnya.

Di Crossing Street, ia bersantai sembari menikmati es krim. Jangan lupa berfoto-foto, di sini banyak spot menarik. Langit Singapura mulai gelap, ia meninggalab Orchard Road dengan MRT dan berhenti di Stasiun Fort Canning, seharga SG$1,70 atau sekitar Rp17.000. Dari Fort Canning wisata kota dimulau dengan menyisiri Singapore River yang bermandi cahaya. Lalu ke Clarke Quay, Raffles Palace, Hotel Fullerton, Merlion Park, Esplanade, Singapore Art Museum, Helix Bridge, Singapore Flyers, Marina Bay Sands dan diakhiri ke Gardens by The Bay.

Pusat hiburan terpadu Marina Bay Sands dilihat dari kawasan Gardens by the Bay, Singapura, 6 Februari 2016. Bangunan berarsitektur unik ini merupakan investasi tunggal paling mahal di dunia dengan biaya S$8 miliar (sekitar Rp.56 triliun). TEMPO/Charisma Adristy

“Jalannya pasti jauh, pelan-pelan, santai asal sampai. Tidak terasa. Dan ingat backpacker jangan malas jalan kaki,” ujarnya. Ia balik lagi ke hotel dengan MRT seharga SG$1,7. Sesampai kamar selonjoran, sembari menghabiskan nasi biryani yang ia sisihkan, untuk ronde kedua. Rehat dan tertidur pulas.

Hari Kedua

Ritual pagi di hotel, bagi backpacker adalah sarapan pagi dan mengisi botol minum sebanyak-banyaknya. Harga air mineral di Singapura memang selangit bila dibandingkan Indonesia. Bila bawaan banyak, sebaiknya dititipkan di hotel.

Dari hotel destinasi selanjutanya adalah China Town. Tentu, dengan menggunakan MRT, yang memangkas tiket Aditya SG$1,5 atau Rp15.000. Sesampai di Haw Par Villa, kegiatan wisatawan umumnya adalah memberi makan ikan, kura-kura, dan biawak. Bisa juga menebus sekantong kecil makanan ikan seharga SG$1 atau setara Rp10.000, “Tapi terlalu sedikit, saya bawa pakan ikan sekilo dari Jakarta,” paparnya.

Suasana Hotel 1887 di China Town Singapura, seperti membawa ke masa-masa kolonial Inggris di Malaysia. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Bila haus, ada jus jeruk segar di mesin minuman. Harganya sekitar SG$2,00 sekitar Rp20.00. Dari Haw Par Villa, lanjut ke Harbour Front. Santai dulu di pelabuhan melihat kapal pesiar, lalu ke Vivo City mencari hawa sejuk sembari menikmati nasi ayam, seharga SG$3,5 setagra sekira Rp30.000, “Bisa berhemat karena tak usah beli air minum, bekal dari hotel,” imbuhnya.

Dari Vivo City ke Sentosa Island bisa jalan kaki atau naik monorail SG$3, sementara jalan kaki dimulai dari 2020 Boardwalk dikenai SG$1,00. Sesampai di Sentosa Island, bisa berfoto di depan bola dunia Universal Studio, “Kalau haus ke kasino, ada air mineral dan soft drink, tinggal ambil, dengan bergaya sebagai pengunjung,” ujarnya. Puas di Sentosa Island, balik lagi ke Vivo City naik monorail, kali ini gratis.

Perjalanan lanjut dengan MRT menuju Bugis Junction, di sini tersedia rupa-rupa suvenir khas Singapura, bahkan sepatu. Balik lagi ke sekitar hotel dengan jalan kaki ke Jalan Besar. Lalu makan nasi biryani, sebelum mengambil tas di hotel. Untuk ke bandara, Aditya kembali menggunakan MRT dengan biaya SG$2,40 atau setara Rp24.000.

Nah, silakan, langsung ke ruang tunggu pesawat atau bersantai lagi di Jewel. Asyik bukan?

Menurut Aditya, ia berbagi perjalan ke destinasi yang tak memungut biaya masuk. Selebihnya, bila ingin menikmati Universal Studio misalnya, dikenakan tiket masuk. Salam backpacker.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus