Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beijing, ibu kota Cina menerapkan kembali lockdown yang ketat dan pengujian massal setelah muncul kasus baru infeksi virus corona di pasar grosir makanan terbesar di kota itu. Infeksi tersebut memicu kekhawatiran terhadap kebangkitan wabah yang mematikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beijing melaporkan 36 kasus Covid-19 baru pada hari Senin, 15 Juni 2020, sehingga jumlah total menjadi 79 sejak infeksi dilaporkan pada 12 Juni. Kasus ini merupakan yang pertama kalinya sejak dua bulan lalu, ketika Cina menyatakan berhasil menekan Covid-19, menurut Komisi Kesehatan Nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasar Xinfadi di barat daya kota Beijing, yang memasok sebagian besar buah dan sayuran segar warga ibu kota, ditutup sejak Sabtu, 13 Juni 2020. Namun wabah telah menyebar ke provinsi Liaoning dan Hebei. Di dua wilayah itu, terjadi lima kasus baru akibat kontak dekat pasien di Beijing.
Dinukil dari CNN, juru bicara pemerintah kota Beijing Xu Hejian menggambarkan sebagai "periode yang luar biasa". Dan media pemerintah Cina telah berulang kali mewartakan langkah-langkah efektif dalam mengendalikan virus, ketika jumlah infeksi dan kematian melonjak di luar negeri. Kontras dengan keberhasilan pemerintah-pemerintah Barat, terutama Amerika Serikat.
Kemunculan kembali virus yang tiba-tiba di Beijing, yang sebelumnya dianggap kota yang paling aman, meningkatkan prospek wabah gelombang kedua. Pada pertemuan Dewan Negara, kabinet hina, Minggu malam, Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan mengatakan risiko penyebaran wabah terbaru "sangat tinggi". Hal tersebut dilihat dari pasar yang padat dan populasi yang pergerakannya tinggi, menurut kantor berita negara Xinhua.
Petugas menggunakan masker saat melayani pengunnjung yang memesan makanan di food court sebuah mall setelah meredanya pandemi virus corona atau COVID-19 di Beijing, Cina, 15 Mei 2020. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Tindakan Masa Perang
Distrik Fengtai, tempat pasar Xinfadi berada, mengumumkan hari Sabtu peluncuran "mekanisme perang" dan pembentukan pusat komando untuk mengekang penyebaran virus.
Di media sosial, Global Times, sebuah tabloid nasionalis yang dijalankan oleh pemerintah Cina, memposting video polisi paramiliter yang mengenakan masker wajah berpatroli di pasar setelah ditutup pada hari Sabtu.
Pihak berwenang memberlakukan penutupan pada 11 kompleks perumahan di sekitar pasar, dengan tegas melarang siapa pun masuk atau pergi. Penduduk akan memeriksa suhu mereka dan melaporkannya setiap hari, dan petugas mengirimkan makanan serta kebutuhan sehari-hari mereka.
Beijing juga meluncurkan pengujian asam nukleat massal untuk virus corona, mendirikan 193 stan sampel di seluruh kota. Lebih dari 76.000 orang diuji pada hari Minggu, 14 Juni 2020 dengan 59 orang dinyatakan positif, kata Xu pada konferensi pers, Senin.
Tes asam nukleat bekerja dengan mendeteksi kode genetik virus, dan bisa lebih efektif dalam mendeteksi infeksi, terutama pada tahap awal, daripada tes yang memeriksa respons kekebalan tubuh, meskipun yang terakhir lebih mudah dilakukan.
Distrik Fengtai telah mengumpulkan sampel dari 8.950 orang yang bekerja di pasar Xinfadi. Sejauh ini, lebih dari 6.000 sampel telah diuji dan hasilnya semua negatif, menurut Xu.
Pihak berwenang juga melacak dan mengumpulkan sampel dari hampir 30.000 orang yang telah pergi ke pasar dalam 14 hari sebelum penutupan. Semua dari 12.000 tes yang dilakukan sejauh ini menunjukkan hasil negatif, kata Xu.
Pemerintah Beijing telah memerintahkan siapa pun yang mengunjungi pasar dan kontak dengan mereka, untuk tinggal di rumah selama dua minggu untuk pengamatan medis. Perintah tersebut mengakibatkan sekolah dasar diliburkan kembali. Beberapa pejabat lokal, termasuk Wakil Bupati Fengtai, telah diberhentikan setelah wabah.
Seorang staf mengukur suhu tubuh seorang siswa di Sekolah Menengah Atas No. 161 Beijing di Beijing, ibu kota China, 27 April 2020. Sekolah menengah atas di Beijing memulai kembali kegiatan belajar di kelas untuk siswa tingkat akhir, yang akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi nasional pada 7-10 Juli. Xinhua/Peng Ziyang
Wabah gelombang kedua ini bukan pertama kalinya. Pada bulan Mei, beberapa tempat di timur laut negara itu, dengan cepat dikunci ketat. Pasalnya, banyak kasus impor yang menimpa masyarakat setempat.
Beijing terbilang relatif aman. Pasalnya, saat gelombang pertama Covid-19, Beijing hanya mencatat 420 infeksi lokal dan 9 kematian dibandingkan dengan lebih dari 80.000 kasus yang dikonfirmasi dan 4.634 kematian secara nasional. Hal tersebut berkat pembatasan perjalanan yang ketat yang diberlakukan pada awal pandemi.