Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Berada di Kawasan Taman Nasional Komodo, Desa Ini Berpeluang Jadi Desa Wisata

Desa ini didukung oleh Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas.

17 Desember 2020 | 08.38 WIB

Dua ekor Komodo (Varanus Komodoensis) penghuni Pulau Komodo sedang berjalan di pinggir salah satu restoran di pulau itu, Manggarai Barat, NTT, Selasa 20 Januari 2020. (Antara Foto/Kornelis Kaha)
Perbesar
Dua ekor Komodo (Varanus Komodoensis) penghuni Pulau Komodo sedang berjalan di pinggir salah satu restoran di pulau itu, Manggarai Barat, NTT, Selasa 20 Januari 2020. (Antara Foto/Kornelis Kaha)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara menyebut Desa Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki peluang untuk menjadi desa wisata berbasis budaya maritim.

"Peluang tersebut berupa tren pasar pariwisata dunia yang berpihak pada lingkungan dan masyarakat lokal," kata dia, Rabu, 16 Desember 2020.

Desa Komodo merupakan salah satu desa yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Komodo dengan luas 26 hektare dan memiliki jumlah penduduk 1.800 jiwa atau 500 kepala keluarga.

"Sebagai satu-satunya taman nasional yang mengemban dua status internasional sekaligus yakni cagar biosfer dan warisan dunia, peluang tersebut makin terbuka lebar," ujar Lukita.

Peluang lainnya yang dimiliki oleh Desa Komodo didukung oleh TNK dan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super prioritas.

Selain adanya poin-poin penguat menuju desa wisata berbasis budaya maritim, namun terdapat kelemahan atau kekurangan di Desa Komodo, di antaranya pemukiman atau rumah warga yang belum tertata dengan rapi dan kesadaran kebersihan masih rendah.

Di desa itu juga belum ada fasilitas pengelolaan sampah, kesenian tradisional semakin memudar hingga dana desa yang belum teralokasi secara khusus untuk wisata karena baru fokus pada infrastruktur.

Untuk mencapai tujuan desa wisata berbasis budaya maritim, Lukita mengatakan terdapat beberapa strategi di antaranya perlu dilakukan eksplorasi serta diversifikasi objek wisata bahari maupun terestrial. Kemudian, kapasitas masyarakat setempat juga harus ditingkatkan melalui pelatihan dan keterampilan serta usaha ekonomi.

"Perlu juga dilakukan penggalian tradisi seperti cerita asal, mitos, artefak, permainan, kesenian ritual kuliner, pengobatan tradisional dan sebagainya," ujar Lukita.

Tidak hanya itu, perbaikan sarana pendukung wisata misalnya dermaga dan toilet umum juga harus dilakukan agar peluang menuju desa wisata berbasis budaya maritim terwujud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus