Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabupaten Simeulue memiliki sejumlah bunker peninggalan Perang Dunia II oleh militer Jepang yang menjadi objek wisata yang menarik. Pemerintah setempat pun telah memugar sejumlah lokasi bunker sehingga layak menjadi tujuan wisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Beberapa bunker telah kami pugar dan jadikan lokasi wisata. Termasuk memasukkannya dalam buku panduan objek wisata yang bisa dikunjungi di Simeulue," kata Kepala Dinas Pariwisata Simeulue Asmanuddin, Sabtu, 30 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Asmanuddin mengatakan bunker peninggalan Jepang yang biasa disebut korok-korok oleh warga Simeulue diantaranya ada di Desa Labuan Bakti, Desa Labuan Bajau, Desa Sua-Sua, Desa Hulu Sua-Sua, Desa Kampung Aie, Desa Araban, Desa Babang, Desa Lugu, Desa Suak Baru, Desa Gunung Menggek, Desa Naibos dan Desa Malasin.
Namun, menurut Asmanuddin, karena keterbatasan anggaran masih banyak bunker Jepang Simeulue belum bisa dipugar dan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Selain keterbatasan anggaran, pemugaran bunker peninggalan Jepang terkendala lokasinya masuk dalam lahan milik warga.
"Beberapa bunker dalam kondisi rusak berat dan tidak terawat. Bunker ini merupakan sejarah keberadaan militer Jepang di masa perang dunia kedua puluhan tahun silam," kata Asmanuddin.
Meski begitu, pemugaran tetap dilakukan pada bunker yang memungkinkan untuk dijadikan objek wisata lebih dulu. Tujuannya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Simeulue. "Kami terus berupaya menjadikan korok-korok atau bunker militer Jepang tersebut andalan wisata sejarah di Pulau Simeulue, sehingga menarik kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara," kata Asmanuddin.