Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Danau Sunter beberapa hari ini menjadi perhatian publik, karena di sana berlangsung Festival Danau Sunter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tak hanya beragam aktivitas kesenian dan kuliner, Danau Sunter jadi perhatian karena menjaid arena bertanding Menteri Kelautan Pujiastuti dan Wakil Gubernur DKI Jakarta bertanding olahraga air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain Danau Sunter, banyak lagi danau buatan di berbagai belahan dunia, yang kerap menjaid pusat kegiatan rekreatif dan budaya. Berikut beberapa diantaranya.
- Danau Huai An
Danau buatan ini seluas 100 ribu meter persegi dan merupakan bagian dari Shihlin Chemical Plant. Danau ini dan dibuka pada Agustus 2015.
Di tengah danau buatan ini terdapat sebuah kantor megah karya arsitek Portugal, Alvaro Siza. , ditantang untuk membikin kantor di tengah danau di Kota Huai An, Cina. Ini adalah bangunan perdana Siza yang dibikin di atas air.
Siza, pernah menyabet penghargaan Pritzker Prize pada 1992. Pritzker merupakan penghargaan yang diberikan kepada arsitek dengan pencapaian visi serta komitmen tertinggi dalam bidang rancang bangun.
Kantor itu berbentuk menyerupai naga yang mengapung di tengah danau berwarna kehijauan. Bangunan itu menyatu dengan keseluruhan kompleks pabrik. Walhasil, danau ini menjadi salah satu bagian penting bagi produksi kaca. Hasilnya, bangunan berwarna putih dua lantai itu menjadi ikon untuk kawasan industri Shihlin.
Bangunan itu menjadi salah satu karya arsitektur yang dinobatkan sebagai Building of The Year 2015 oleh Archdaily.
- Setu Babakan
Setu Babakan teletak di Jakarta Selatan dan mulai dibangun pada 2000. Danau buatan ini menampung air kali Ciliwung. Daerah ini juga ditetapkan sebagai pusat budaya Betawi pada 2005 karena di sekelilingnya terdapat 3.000 keluarga asli Jakarta.
Pembangunannya mulai intensif dilakukan pada 2012 ketika kursi gubernur diduduki Joko Widodo. Ada tiga zona yang disiapkan di lahan seluas 289 hektare di sekeliling setu yang berdekatan dengan kompleks Kebun Binatang Ragunan ini.
Di zona A seluas 3,2 hektare dibangun museum, teater, dan perpustakaan. Gedung-gedung itu akan memakan lahan seluas 1.000 meter persegi.
Saat ini Setu Babakan memiliki acara rutin tahunan, salah satunya, Lebaran Betawi. Jokowi yang kini presiden meminta agar Setu Babakan terus dikembangkan sebagai sarana pelestarian budaya Betawi. Pengembangan tidak hanya dalam hal fisik, tapi juga menjadikan Setu Babakan sebagai pusat budaya dengan kegiatan kebudayaan rutin.
- Danau Hou (Hou Hai)
Danau ini terletak di Beijing dan banyak kafe. Menurut Yusi Avianto Pareanom, yeng menuliskan catatan perjalanannya di Koran Tempo, suasana sekitar sangat teduh, meski banyak dikunjungi turis.
Hou Hai terletak di kawasan tengah kota, tak jauh dari Kota Terlarang dan Lapangan Tiananmen. Di sini, pada musim dingin, adalah arena kondang untuk bermain seluncur es.
Hou Hai terhubung dengan Qian Hai (Danau Qian) dan Xi Hai (Danau Xi) melalui kanal-kanal yang sudah ada sejak abad kelima sebelum Masehi. Kanal-kanal ini mulai dilebarkan semasa Dinasti Yuan pada abad ke-14. Kawasan tiga danau buatan ini secara bersamaan disebut dengan Shi Cha Hai.
Puluhan kafe, bar, rumah teh, dan restoran berdiri di tepi danau dna gang-gang yang asri. Terdapat beragam lampu yang merupakan paduan neon dan lampion. Beberapa kafe memasang sofa-sofa lebar di halaman, kebanyakan berwarna merah.
Di tepi danau banyak tempat unutk nongkrong. Suasana Hou Hai, menurut Yusi, mengingatkan pada kawasan Kemang di Jakarta Selatan. Di tempat ini banyak sekali turis atau ekspatriat kulit putih dan anak-anak muda setempat melepas penat.
- Telaga di Kampus Merah Makassar
Danau buatan di kawasan kampus Universitas Hasanuddin Makassar ini awalnya adalah kawasan tadah air hujan dan rawa-rawa. Pada 1980-an, dibangun penampungan air dan sampai sekarang menjadi danau. Ada dua danau di sana.
Telaga ini memiliki luas sekitar 4 hektare yang dikelilingi gedung kampus. Kawasan ini kini makin tertata agar bisa dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Danau ini juga dimanfaatkan oleh mahasiswa dari berbagai lembaga kampus untuk membuat kegiatan.
Diantara berbagai aktivitas itu, antara lain, latihan pertolongan bagi kelompok Search and Rescue (SAR) Unhas, latihan dayung, dan sebagainya. Mahasiswa Fakultas Perikanan juga menjadikan sebagai tempat penelitian.
Di kawasan ini ada larangan unik, yakni tidak boleh memancing dan berpacaran. Tetapi, meski sudah dilarang, keamanan kampus sering menemukan pasangan sedang pacaran.
Telaga atau danau ini terletak tak jauh dari pintu gerbang kompleks kampus Universitas Hasanuddin. Dua telaga mengapit jalan masuk yang terdiri atas dua jalur itu. Lalu ada dermaga kecil yang terletak di sebelah kanan dari arah pintu gerbang.
Dari pinggir telaga di sebelah kanan jalan, pengunjung dapat menikmati pantulan matahari sore yang berwarna keemasan. Gedung Rumah Sakit dr Wahidin Sudirohusodo, pucuk gedung rektorat, serta gazebo di pulau kecil tengah danau tampak membayang di permukaan danau. Sedangkan pada telaga di sebelah kiri, yang berukuran lebih kecil, memantulkan rumah-rumah pemondokan mahasiswa yang beraneka warna.
Di sebelah timur danau seluas 4 hektare ini, terdapat gedung Pusat Kegiatan Penelitian dan gedung Iptek Universitas Hasanuddin. Sekelilingnya dipenuhi pohon rindang dan hamparan rerumputan hijau, yang kerap dikunjungi secara berkelompok maupun berdua.
Selain dua danau besar itu, terdapat sebuah telaga kecil di seberang masjid kampus, atau tepatnya di dekat papan nama kampus berlambang ayam jantan ini. Semuanya bisa menjadi pilihan tempat rekreasi di akhir pekan.
ABD AZIS | SUBKHAN J HAKIM | ADITYA BUDIMAN | MARIA FRANSISCA