Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Disiapkan Menjadi Destinasi Wisata Religi, Masjid Jami Al Mansur Direvitalisasi

Banyak peristiwa penting bersejarah terjadi di masjid Jami Al Mansur, termasuk di masa perang kemerdekaan.

16 Agustus 2021 | 07.37 WIB

Sejumlah warga berjalan di kompleks Masjid Jamik Keramat Luar Batang yang direvitalisasi di Penjaringan, Jakarta, Jumat 26 Maret 2021. Revitalisasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu saat ini telah mencapai sekitar 75 persen dan ditargetkan selesai pada April atau Ramadhan 2021. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Perbesar
Sejumlah warga berjalan di kompleks Masjid Jamik Keramat Luar Batang yang direvitalisasi di Penjaringan, Jakarta, Jumat 26 Maret 2021. Revitalisasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu saat ini telah mencapai sekitar 75 persen dan ditargetkan selesai pada April atau Ramadhan 2021. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Masjid Jami Al Mansur yang berada di Kampung Sawah Tambira Jakarta Barat diproyeksikan menjadi destinasi wisata religi seperti Masjid Luar Batang. Pemerintah DKI Jakarta pun akan melakukan pemugaran sekaligus revitalisasi arsitektur masjid yang telah berdiri sejak 1717 itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana mengatakan pihaknya telah menerbitkan Surat Rekomendasi Pemugaran Nomor 4492/-1.853.15 tanggal 26 Juli 2021 terkait revitalisasi arsitektural Masjid Jami Al Mansur Jakarta Barat. Pemugaran membutuhkan surat rekomendasi karena masjid itu merupakan bangunan cagar budaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Penerbitan surat rekomendasi pemugaran merupakan bagian dari upaya pelindungan terhadap bangunan cagar budaya," kata Iwan dalam keterangannya, Ahad, 15 Agustus 2021.

Masjid Jami Al Mansur dibangun oleh Abdul Mihit atau Abdul Mukhit, putra Pangeran Cakrajaya dari Kerajaan Mataram Islam. Awalnya, masjid ini bernama Masjid Jami Kampung Sawah yang kemudian berubah nama dengan mengambil nama Guru Mansur (1878-1967).

Guru Mansur yang memiliki nama lengkap Muhammad Manshur bin Imma Abdul Hamid adalah piut atau canggah dari Abdul Mukhit. Penyebutan "Guru" bagi masyarakat Betawi diberikan kepada ulama yang diakui sebagai pakar dan kedalaman ilmu agamanya sehingga diakui otoritasnya untuk mengeluarkan fatwa.

Banyak peristiwa penting bersejarah terjadi di masjid ini. Masjid ini bukan saja berperan penting dalam kegiatan ibadah, namun juga menjadi tempat berlindung para pejuang kemerdekaan dan pernah dijadikan markas para pejuang kemerdekaan. Peristiwa penting tersebut terjadi ketika baku tembak antara pasukan pejuang kemerdekaan dengan tentara NICA yang masuk melalui Pelabuhan Sunda Kelapa.

Menurut Iwan, pemugaran Masjid Jami Al Mansur ini dirancang sebagai wisata religi baru DKI Jakarta, bersaman dengan Masjid Al Alam Marunda, Masjid Jami Luar Batang dan Gereja (GPIB) Immanuel Jakarta. Maka revitalisasi dilakukan untuk menata kawasan masjid tersebut.

Rencananya, tiga unsur utama pada situs, yaitu bangunan utama masjid, makam dan minaret akan diperlihatkan pada fasad terdepan. Hal ini agar masyarakat sekitar, jamaah dan pengunjung dapat mengapresiasinya.

Bangunan masjid Jami Al Mansur yang sekarang sisinya tertutup ini akan dirancang menjadi lebih terbuka dan mudah diakses agar nilai masjid sebagai masjid komunitas tetap terjaga. Pintu masuk utama masjid ini akan dikembalikan kepada bentuk awalnya ketika pertama kali masjid dibangun yang diperkuat dengan pengelolaan fasad. "Begitu pula dengan penambahan-penambahan fasilitas pendukung yang tetap mempertahankan zoning asli masjid," kata Iwan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus