Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua tahun berlalu setelah terjadi bencana gempa dan likuefaksi di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Pemerintah setempat pun kini berencana akan mengembangkan lahan eks likuefaksi itu untuk pariwisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala Dinas Penataan Ruang dan Pertanahan Kota Palu Mohamad Rizal mengatakan kawasan eks likuefaksi bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. "Sebagaimana revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu, bahwa kawasan eks likuefaksi dan jalur patahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, kecuali hunian karena masuk dalam zona merah bencana," kata dia, Kamis, 25 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rizal mengatakan kawasan eks likuefaksi dan patahan atau sesar itu perlu dikembangkan supaya tidak menjadi kawasan mati dan hanya ditumbuhi semak belukar. Rencana itu juga termasuk dalam upaya penataan kembali dalam menunjang aktivitas perkotaan sebagai bagian dari rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa, tsunami dan likuefaksi.
Dalam revisi RTRW, kawasan itu bisa digunakan untuk agrowisata dan ruang terbuka hijau (RTH). "Rencananya eks likuefaksi Petobo didorong untuk kegiatan agrowisata," ujar Rizal.
Menurut dia, sebelum pengembangan lahan eks likuefaksi berjalan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat melalui kementerian teknis serta pihak-pihak terkait lainnya. "Bentuk koordinasi sesungguhnya sudah berjalan sejak awal proses penyusunan revisi RTRW tahun 2020 karena melibatkan sejumlah instansi, lembaga dan kementerian teknis terkait," kata Rizal.