Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Embun Es Muncul Lagi, Pendaki Gunung Gede Perlu Persiapan Khusus

Gunung Gede sedikitnya mengalami empat kali diselimuti embun es saat puncak kemarau dalam 15 tahun terakhir ini. Pendaki pun perlu persiapan khusus.

8 Juli 2018 | 19.19 WIB

Pendaki melintasi tanaman Edelweis di alun-alun Suryakencana, Gunung Gede, 25 Mei 2010. Dok. TEMPO/Mazmur A. Sembiring
Perbesar
Pendaki melintasi tanaman Edelweis di alun-alun Suryakencana, Gunung Gede, 25 Mei 2010. Dok. TEMPO/Mazmur A. Sembiring

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tempo, Bandung - Gunung Gede, Jawa Barat, beberapa kali diliputi embun es saat puncak musim kemarau. Pendaki sering menemukan embun es menempel di dedaunan yang berada di Alun-alun Surya Kencana Gunung Gede.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut relawan Gede Pangrango Operation (GPO), Agus Mulyana, 34 tahun, fenomena embun es beberapa kali muncul saat musim kemarau. Terutama ketika masa puncak kemarau, Juli-Agustus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya sudah mengalami kondisi es itu tiga kali, jadi hafal kondisinya," ujar Agus yang dihubungi, Minggu, 8 Juli 2018. Ia mengalaminya pada 2004, 2005, dan 2007 ketika kemarau panjang selama tujuh bulan.

Tahun ini, fenomena embun es kembali muncul. Tepatnya pada Kamis pagi, 5 Juli 2018. Seorang pendaki merekamnya dan beredar di media sosial baru-baru ini.

Embun es, menurut Agus, biasanya terjadi pukul 04.00-06.30 ketika suhu menurun drastis. Kejadian terbaru direkam sekitar pukul 06.00 WIB.

 

Embun es di Alun-alun Surya Kencana Gunung Gede, Jawa Barat, 5 Juli 2018, pukul 05.30 WIB. Kredit: Dok. Anggota Gede Pangrango Operation

Temperatur saat embun es turun di bawah 0 derajat hingga kisaran minus 5 derajat Celsius. Lokasi embun es yang biasa ditemui pendaki berada di area Alun-alun Surya Kencana Gunung Gede.

"Belakangan baru terangkat (menyebar infonya) karena adanya handphone yang sudah maju, sebenarnya tiap tahun juga kadang ada embun es," tuturnya.

Relawan GPO lewat media sosial mengimbau para pendaki Gunung Gede terkait dengan persiapan perbekalan, fisik, dan mental serta peralatan yang memadai untuk pendakian pada musim kemarau seperti sekarang ini. "Kalau suhu normal rata-rata di bawah 10-5 derajat Celsius. Waktu kemarau bisa di bawah lagi, bahkan minus," ujarnya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, pada musim kemarau, permukaan bumi lebih kering. Kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya, yang menyebabkan kelembapan udara lebih rendah.

Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Hal itu yang menyebabkan suhu udara pada malam hari dalam musim kemarau, lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.

Pada kondisi kemarau saat ini di Jawa, beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, akan berpeluang mengalami kondisi suhu udara di permukaan lebih rendah dari titik beku 0 derajat Celsius. Hal itu disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang daripada dataran rendah sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, terutama saat cuaca cerah tidak tertutup awan.

Pada malam hari uap air di udara akan mengalami kondensasi dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan, atau rumput. Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku dan jadilah embun es. 

ANWAR SISWADI

Rita Nariswari

Rita Nariswari

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus