Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Denpasar - Setelah Rumah di Seribu Ombak tayang pada 2012, nama Erwin Arnada seolah-olah meredup dari dunia perfilman. "Makanya banyak yang bilang saya itu film maker mitos," kata Erwin Arnada di Lingkara Photography Community, Denpasar, Jumat, 9 Februari 2018.
Baca: Perankan Nyonya Oei di Film Nini Thowok, Gesata Stella Kerasukan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak 2012 sampai sekarang, Erwin mengisi waktu memberikan workshop menulis. "Dari situ (workshop menulis) teman-teman diskusi muncul ide-ide baru," ujarnya. Menurut Erwin kegiatannya itu bagaikan sebuah asupan nasihat dan kritik bagi dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya memang coba bikin komunitas kecil dari penulisan, skenario, dan jurnalistik. Ide saya ingin ada orang-orang baru di industri ini (perfilman)," tutur mantan Pemimpin Redaksi majalah Playboy Indonesia itu.
Namun bukan berarti selama lima tahun itu Erwin tidak menyiapkan film. Pada Maret 2018 dua film yang ia sutradarai akan tayang di bioskop, yaitu Nini Thowok serta Guru Ngaji dan Badut Maximal.
Erwin menjelaskan jeda waktu tayang antara film Nini Thowok serta Guru Ngaji dan Badut Maximal hanya dua pekan. Dua film tersebut berbeda aliran. Nini Thowok beraliran horor, sedangkan Guru Ngaji dan Badut Maximal beraliran religius yang bercampur komedi.
Erwin Arnada bertugas sebagai sutradara dalam dua film tersebut. Ia kali pertama menyutradarai film Rumah di Seribu Ombak. "Dari situ saya belajar menjadi produser yang baik. Apakah saya bisa mengirim (maksud) yang dibutuhkan sutradara pada saat saya jadi produser," katanya.