Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bertandang ke Sekretariat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (KPw BI NTB), suasananya sungguh berbeda. Tak seperti umumnya kantor perwakilan Bank Indonesia di kota-kota lain, yang formal, KPw BI NTB, serasa lebih kasual bernuansa galeri fesyen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai gaun tenunan lokal Lombok NTB dipajang. Juga ada produk makanan kering yang dibuat UMKM setempat. Akhir-akhir ini, BI NTB semakin aktif berkegiatan, yang sepintas berjauhan dari tugas perbankan. Ada pembinaan budi daya ternak, pertanian antara lain tanaman cabe, tenunan, dan terakhir melakukan survei pariwisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama musim ramai, normal dan musim sepi kunjungan wisatawan sejak Juli - Agustus, November dan selanjutnya Februari 2019, BI NTB berkepentingan melakukan survei kunjungan wisatawan di Lombok NTB. ''Kami berharap NTB di sektor pariwisata ini meningkat,'' kata Kepala KPw BI NTB Achris Sarwani ditemui TEMPO di kantornya, Rabu 20 November 2019 sore.
Menurut Achris Sarwani, NTB memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB sebesar 23 persen dan tambang 12 persen. Nah, di sisi lain NTB memiliki pariwisata. ''NTB punya tiga sumber pertumbuhan yang sangat kuat pertanian, pertambangan dan pariwisata,'' ujarnya.
Ia menunjuk Bali sebagai bandingan NTB. Pariwisata di Bali merupakan keunggulan. Identik dengan pariwisata, lapangan usaha (LU) akomodasi, makan dan minum memberikan sumbangan 23,59 persen serta transportasi dan pergudangannya 9,58 persen terhadap PDRB-nya. Di NTB akomodasi, makan dan minum baru 1,97 persen serta transportasi dan pergudangannya 7,51 persen, "Di NTB kontribusi pariwisata masih kecil sekali," ucapnya.
Galeri seni budaya di kantor Sekretariat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat. TEMPO/Supriyantho Khafid
BI NTB mendorong provinsi itu fokus agar pariwisata terus tumbuh. Karena itu, pariwisata bisa menjadi mesin baru industri di NTB. Apalagi provinsi itu memiliki aset alam yang besar. Sementara soal budaya NTB juga tidak kalah amat,'' kata Achris Sarwani yang asli Ponorogo, Jawa Timur.
Achris Sarwani memaparkan tren pertumbuhan pariwisata NTB selama 2014-2017 meningkat 27,25 persen dan setahun terakhir 2018 mengalami penurunan, setelah terjadinya gempa bumi berturut-turut selama sebulan 29 Juli - 19 Agustus 2019.
Tenun NTB
NTB Memiliki potensi budaya kriya. Hal tersebut dibuktikan saat NTB menyelenggarakan kegiatan private preview busana berbahan tenun khas NTB karya desainer Mataram, Linda Hamidy Grander. Tenun, menurut Achris Sarwani, menunjukkan NTB sangat kaya dengan warisan ragam budaya dan kerajinan nan eksotik.
Hampir seluruh daerah di NTB memiliki jenis dan motif kain tenun tersendiri yang masing-masing memiliki makna dan filosofi mendalam. Saat ini, menenun bukan hanya menjadi sebuah tradisi turun temurun yang perlu diwariskan, namun seiring perkembangan zaman, menenun telah menjadi mata pencaharian masyarakat yang memiliki nilai ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan.
Pertengahan September 2019, potensi pariwisata NTB juga diangkat dalam kegiatan Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (FESyar KTI) 2019 yang berlangsung 12 - 14 September 2019 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Awal November 2019 lalu, BI NTB bersinergi bersama Dekranasda NTB menyelenggarakan kegiatan fashion show yang bertemakan “NTB-Goes to Moslem Fashion Industry" bertempat di Pelataran Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center NTB.
Kain tenun dari Pringgasela dan Sukarare, kini mulai menyampurkan berbagai macam motif dan tekstur. TEMPO/Supriyantho Khafid
Kegiatan tersebut menjadi puncak dari serangkaian acara dalam rangka upaya pengembangan industri fesyen di NTB. Sebagaimana diketahui, sebelumnya telah dilaksanakan program Fashion Production Incubator (FPI) dan Fashion Designer Incubator (FDI) yang melibatkan pengrajin busana/penjahit dan perancang busana/desainer sebagai peserta program.
Tentu, peningkatan perputaran uang dalam bidang pariwisata, selain menguntungkan masyarakat juga sangat menguntungkan bank-bank yang beroperasi di NTB. Inilah yang menjadi perhatian Bank Indonesia.
SUPRIYANTHO KHAFID