Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta segera menggelar Jogja International Heritage Festival atau (JIHF) Keris 2019, mulai 30 Agustus hingga 2 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kegiatan itu akan berlangsung di tiga lokasi yakni di galeri Sasono Ondrowino, Jogja Gallery, dan Museum Sonobudoyo Kota Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Festival ini sebagai upaya mempertegas keris sebagai bagian warisan budaya leluhur seperti halnya batik dan wayang,” ujar Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Pratiwi Kamis 29 Agustus 2019.
Dian menuturkan perhelatan ini juga bagian aksi nyata keputusan Convention for the Safeguarding of the Intangible Culturan Heritage atau Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda tahun 2002 silam, yang melahirkan ratifikasi peraturan presiden nomor 78 Tahun 2007.
Dian menuturkan keris sejak 2004 silam, telah ditetapkan sebagai masterpiece of the oral intangible cultural heritage and humanity oleh UNESCO.
Dalam penetapan itu UNESCO pun menyebutkan bahwa keris secara prisipil memiliki lima fungsi dalam masyarakat Indonesia yaitu, fungsi, tradisi, sosial, seni, filosofi, dan mistis.
Bahkan, ujar Dian, dalam dokumen proposal pengajuan keris ke UNESCO, setidaknya keris dimiliki 15 etnik atau daerah di Indonesia. Daerah yang disebutkan dalam proposal tersebut adalah Jawa, Madura, Bali, Sasak-Lombok, Sumbawa, Palembang, Jambi, Minangkabau, Banjar, Kutai, Bugis dan Toraja.
Oleh karena itu ujar Dian, fungsi dan peranan keris secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi peradaban yang terus berkembang. Upaya-upaya untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan nilai keris penting bagi peradaban bangsa menjadi sangat penting.
Festival Keris di Jogja bakal dimeriahkan dengan berbagai kegiatan pendukung. Mulai lomba fotografi keris, travel heritage, lomba stand up comedy dan guyon waton. Ada juga pameran keris, bursa keris, seminar keris, konsultasi keris, dan pertunjukan dagelan mataram dengan lakon seputar keris.
“Kami juga akan menggelar sarasehan dan workshop tentang keris atau pengageman keris serta lomba menggambar keris untuk siswa SMP dan SMA,” ujarnya.
Festival keris ini akan dimulai dengan pembukaan pada 30 Agustus 2019 di Sasono Ondrowino jalan Pekapalan No.7 Prawirodirjan-Gondomanan, pukul 09.00 WIB yang dilanjutkan Pameran Keris dan Pusaka bertempat di Jogja Gallery Alun-Alun Utara hingga pukul 21.00. Pameran keris ini berlangsung setiap hari selama festival berlangsung.
Pada waktu yang bersamaan juga digelar Bursa Keris selama festival berlangsung, bertempat di halaman Museum Sonobudoyo Alun-Alun Utara yang dimeriahkan dengan Dagelan Mataram pada jam 19.00 WIB.
Pada Sabtu, 31 Agustus di Jogja Gallery mulai pukul 10.00-13.00 WIB akan digelar Workshop Merawat Keris, yang terbuka untuk publik secara gratis. Di hari yang sama di halaman Museum Sonobudoyo juga digelar lomba stand-up comedy antar siswa SMA se-Kota Yogyakarta dan diakhiri dengan acara guyon waton.
Tempat jamasan atau mencuci keris yang berasal dari abad 18 koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Pada Mingu 1 September di Jogja Gallery selain digelar pameran keris pada pukul 10.00 digelar workshop keris dan pengagem yang terbuka untuk publik secara gratis.
Sedangkan pada 2 September selain bursa keris di halaman Museum Sonobudoyo, pada malam harinya digelar pertunjukan wayang golek oleh Pepadi DIY.
Sebagai acara penutup perhelatan Jogja International Heritage Festival 2019, digelar seminar bertajuk “Memajukan Per-Keris-an Yogyakarta” pada Senin, 2 September, mulai pukul 09.00 WIB di Ruang Auditorium Lantai 2 Museum Sonobudoyo Alun-Alun Utara Yogyakarta.
PRIBADI WICAKSONO