Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kamboja Akhirnya Melarang Gajah di Angkor Wat

Populasi gajah di Asia kian menyusut.Pengelola Angkor Wat dituntut untuk mengembalikan gajah-gajah ke hutan.

19 November 2019 | 09.00 WIB

Kota penuh dengan peninggalan sejarah, Siem Riep, Kamboja berada di urutan kedua tempat wisata pilihan versi TripAdvisor.com. Suasana saat matahari terbit menjadi favorit para wisatawan saat menjelajahi kompleks Angkor Wat yang dibangun di abad ke-12 ini. Artur Debat/Getty Images
Perbesar
Kota penuh dengan peninggalan sejarah, Siem Riep, Kamboja berada di urutan kedua tempat wisata pilihan versi TripAdvisor.com. Suasana saat matahari terbit menjadi favorit para wisatawan saat menjelajahi kompleks Angkor Wat yang dibangun di abad ke-12 ini. Artur Debat/Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kematian Sambo pada 2016, seekor gajah Asia di kompleks Angkor Wat menjadi perhatian dunia. Pasalnya, gajah itu mati akibat paduan stress, kepanasan, dan kelelahan. Sambo jadi korban eksploitasi binatang untuk kebutuhan pariwisata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kini, keberadaan di gajah-gajah Asia di Angkor Wat kian dipertanyakan, meskipun keberadaan mamalia itu sangat penting untuk menunjang daya tarik pariwisata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usulan mengembalikan gajah ke hutan, kembali bermunculan usai kematian Sambo. Tekanan paling kuat datang dari kelompok aktivis hewan, Apsara, Mereka mendorong otoritas manajemen untuk Taman Arkeologi Angkor di Siem Reap, Kamboja mengumumkan penghentian ekploitasi gajah sejak Juni 2019. Larangan ini efektif pada awal 2020.

Sekarang, prosesnya sudah dimulai. Mengutip Khmer Times, manajemen Taman Arkeologi Angkor melaporkan bahwa pada 15 November, dua dari 14 gajah yang saat ini berada di taman kuil Angkor Wat, telah dipindahkan ke hutan komunitas Bos Thom. Lokasinya tak seberapa jauh dari Angkor Wat.

Sekelompok turis mengendarai gajah saat mereka berkunjung ke Angkor Wat pada 2007. Foto: Tang Chhin Sothy/AFP/Getty Images

Long Kosal, perwakilan Apsara, mengatakan kepada Khmer Times bahwa selusin hewan yang tersisa akan dipindahkan ke hutan yang sama pada awal tahun depan, "Gajah adalah hewan besar, tetapi juga lembut dan kami tidak ingin melihat hewan digunakan untuk kegiatan pariwisata lagi," kata Kosal. "Kami ingin mereka hidup di lingkungan alami mereka."

Pada 2018, World Wildlife Fund menerbitkan pandangan mendalam pada populasi gajah Asia yang semakin menipis. Lembaga itu mencatat bahwa populasi gajah Asia telah berkurang 50 persen hanya dalam tiga generasi.

Menurut Angkor Enterprise, situs yang terdaftar UNESCO itu menghadapi penurunan jumlah wisatawan. Laporan terbarunya mengatakan 1,8 juta turis asing membeli tiket ke Angkor Wat dari Januari hingga September, menurun 13,7 persen dibandingkan periode 10 bulan yang sama pada 2018.

Relief candi Angkor Watt di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Candi Angkor Wat dibangun Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12. ANTARA/Wahyu Putro A

Belum ada penelitian larangan penggunaan gajah di Angkor Wat akan berdampak pada jumlah pengunjung, namun yang pasti di seluruh dunia telah terjadi pengurangan satwa untuk menarik wisatawan.

Baru-baru ini, TripAdvisor - salah satu situs daftar perjalanan dan pemesanan terbesar di dunia - mengumumkan bahwa mereka tidak akan menjual tiket ke situs mana pun, yang mengembangbiakkan paus atau lumba-lumba di penangkaran, seperti taman hiburan SeaWorld di Amerika Serikat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus